Lihat ke Halaman Asli

Elisa Koraag

Influencer

Harapan dan Khayalan untuk Ruang Terbuka Nan Ramah Bagi Semua

Diperbarui: 1 Oktober 2015   00:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mengharapkan pemerintah mampu menyediakan ruang terbuka yang dapat diakses semua orang.  Karena sudah terlalu sumpek kalau menghabiskan waktu hanya di dalam ruangan/bangunan. Baik itu di rumah atau di tempat kerja. Lagipula untuk kesehatan, manusia perlu sering-sering berada di ruang terbuka. Badan dunia semacam PBB merasa penting untuk mengadakan peringatan Hari Habitat Dunia. Karena apa? Karena lingkungan hidup yang bersih dan sehat, akan memberikan dampak positif bagi warganya. Kehidupan yang nyaman akan otomotasi meningkatkan kwalitas hidup manusianya, sejalan dengan peningkatan kinerja produktifitas.

Di Indonesia, penyediaan ruang terbuka bagi mayarakat umum sudah memliki landasan hukum, yaitu berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang-  UUPR no.24/1992. Namun harus jelas Pembagian kewenangan secara tegas antara Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam hal merawat.

 Lalu ruang terbuka  bagaimana yang harus ada? Hmm, kalau yang ini agak setengah menghayal. Tapi saya nggak peduli, mana tahu pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), mampu mewujudkannya.  Sebuah ruang terbuka  yang dapat diakses/dikunjungi/didatangi setiap orang harus disertai fasilitas, transportasi. Agar Ruang terbuka ini mudah didatangi. Perlu ada sarana listrik, telekomunikasi , sumber air dan tempat sampah.

Kalau lihat film-film produksi Hollywood. Enak banget bisa, masyarakat bisa piknik di lahan rumput luas, ada sarana bermain anak, ada tempat duduk, ada tempat cuci tangan, juga kamar mandi untuk buang air. Tempatnya luas, hingga bisa lari-lari. Disediakan juga sebuah sudut taman buat yang mau bawa binatang peliharaannya. Tidak jauh dari tempat terbuka itu,dekat dengan perpustakaan umum, tempat makan  juga mini market.

5 hal penting yang harus ada agar ruang terbuka bisa dioptimalkan keberadaannya adalah sarana transportasi, kelistrikan, telekomunikasi (Free Wifi)  Sumber air dan perangkat keamanan. Juga diperlukan penetapan aturan berdasarkan pemeliharaan. Sehingga harus ada sanksi bagi mereka yang merusak fasiitas yang ada di ruang terbuka itu.

Sejujurnya di Jakarta cukup banyak ruang terbuka. Taman-taman kota seperti Taman Langsat, Taman Ayodya, Taman Christina Martha Tiahahu, Taman Puring, dan taman-taman lainnya. Sayang Cuma sebatas ruang terbuka, ada toilet tapi terkadang airnya nggak jalan, ada lampu taman tapi beberapa mati dan pecah. Saya nggak tahu, taman-taman tersebut ada dibawah pemeliharaan siapa, Pemerintah Kabupaten/kota, daerah atau pusat?

Taman-taman itu dari jauh terlihat indah tapi dari dekat bau pesing. Dan kalau mau melakukan aktifitas ditempat tersebut, banyak betul yang harus di bawa. Saya pernah melakukan kegiatan latihan baca puisi di Taman Ayodya Jakarta Selatan. Air kolam tidak jalan dan sudah berlumut sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Tidak ada sarana listrik sehingga repot jika ingin menggunakan pengeras suara/pemutar  musik. Jelang senja, hanya beberapa lampu yang menyala. Tidak adanya petugas keamanan, jadi agak-agak merasa nggak nyaman. Maka sebelum gelap pekat, aktifitas di Taman saya akhiri.

Seputaran Tugu Monumen Nasional (Monas)  adalah  tempat favorite saya setelah pelataran Kota Tua.  5 fasilitas yang sebutkan di atas ada. Tetapi karena pelataran Tugu Monas terbilang luas, jumlah petugas keamanan kurang memadai. Copet dan pemalak termasuk pemalakan dari penjual makanan/minuman yang menjual dengan harga selangit, tersebar. Dan bukan hal aneh jika pedagang asongan, main kucing-kucingan dengan petugas. Diijinkan berjualan asal membayar setoran. Kalau nggak bayar setoran nggak bakal bisa jualan di seputaran pelataran Tugu.

Puluhan tahun lalu, saya tinggal di sebuah perumahan yang memiliki ruang terbuka luas. Setiap sore, kami bisa bermain bulu tangkis atau bola volly. Setiap pagi dan sore, warga perumahan bisa berolahraga jalan atau lari. Untuk senam bersama, ada lahan terbuka luas. Tanah-tanah kosong ditanami aneka tumbuhan buah dan bunga. Pisang dan pepaya adalah buah-buahan yang tumbuh sepanjang waktu, bisa dinikmati warga secara gartis. Jika ingin melakukan di tempat yang lebih luas, kami bisa berjalan menuju Gelora Bung Karno  (GBK) di Senayan.  Di area GBK, selain sebagai sarana olahraga, juga menjadi tempat wisata kuliner.

Yang belum saya lihat adalah adanya perpustakaan, padahal saya tahu pasti Badan Perpustakaan dan Arsip, masing-masing wilayah administrasi, memiliki perpustakaan keliling. Kehadiran perpustakaan keliling di GBK  dan ruang-ruang terbuka lainnya akan memberi stimulus menarik bagai masyarakat sekaligus memancing minat baca.

Puluhan tahun lalu, saya bertempat tinggal di salah satu perumahan/kompleks di kawasan Kebayoran Lama. Di sekitar tempat tinggal saya, ada perumahan lain  dan perumahan-perumahan  itu juga memiliki ruang terbuka. Setiap tujuh belas Agustus untuk merayakan kemerdekaan Indonesia, kami kerap menyelenggarakan berbagai lomba antar komplek. Baik olahraga, seni maupun memasak. Dan semua dilakukan di ruang terbuka.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline