Lihat ke Halaman Asli

Mutia Erlisa Karamoy

Lifestyle Blogger | Web Content Writer

Jangan Biarkan Sampah Plastik Mencemari Sumber Air Kami

Diperbarui: 10 Agustus 2019   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungai Cisadane, sumber air bersih kami (Foto: Pribadi)

Sungai Cisadane yang melintasi Provinsi Jawa Barat dan Banten bersumber dari kaki Gunung Salak serta Gunung Pangrango saat ini memiliki arti yang sangat penting bagi kami yang tinggal di Kabupaten Tangerang, karena hampir 100% sumber air bersih bersumber dari sungai ini. 

Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, saat saya pindah ke salah satu kawasan di Kabupaten Tangerang, kami masih mengandalkan air tanah sebagai sumber air bersih, namun lazimnya air tanah yang berada di kawasan industri, kualitasnya kurang begitu bagus sehingga tidak bisa digunakan sebagai bahan baku air bersih, terutama air minum dan untuk memasak. 

Selain warnanya yang agak keruh, air tanah di kawasan perumahan kami rata-rata berminyak, sehingga jauh dari kata layak untuk di konsumsi. Permasalahan air tanah ternyata tidak hanya kualitasnya yang kurang layak, namun juga diperlukan usaha serta biaya yang cukup lumayan untuk mendapatkannya. 

Belum lagi saat musim kemarau tiba, semua orang berlomba-lomba menambah kedalaman sumurnya agar bisa menyerap air sebanyak-banyaknya, tidak tanggung-tanggung bahkan ada satu rumah yang kedalaman sumurnya bisa mencapai 30 meter dan rumah tersebut berada dalam kompleks perumahan yang padat penduduk. 

Bayangkan jika satu rumah memiliki sumur dengan kedalaman sampai 30 meter sedangkan jumlah rumah di kompleks perumahan bisa mencapai ratusan, berarti ada ratusan sumur yang berebutan sumber air tanah, padahal ketersediaan air tanah semakin hari semakin berkurang. Belum lagi air untuk kebutuhan industri, yang semakin besar industrinya maka kemungkinan untuk mengambil air tanah dalam jumlah besar juga semakin besar, tidak heran jika kualitas air tanah kini semakin tidak sehat.

Tapi sejak lima tahun terakhir saya tidak lagi menggunakan air tanah untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga tapi beralih mengandalkan sumber air dari Sungai Cisadane yang dialirkan melalui pipa-pipa di rumah-rumah. 

Selain biayanya lebih murah, kualitas airnya lebih baik dari air tanah di rumah saya. Apalagi meskipun musim kemarau, suplai air bersih tetap maksimal, sesekali sedikit ngadat tapi secara keseluruhan saya cukup puas dengan pelayanannya. 

Namun bukan dari sisi pelayanan yang saya keluhkan, justru keberadaan sampah-sampah yang ada di sekeliling aliran sungai, yang pastinya akan mempengaruhi kualitas air bersih yang nantinya kami dapatkan. Sekarang saat musim kemarau tiba di mana volume air sungai menyusut, tumpukan sampah lebih mudah terlihat di pinggir sungai, setidaknya pemandangan inilah yang saya saksikan saat berjalan-jalan di pinggir sungai Cisadane beberapa waktu lalu. 

Oh iya...dipinggir sungai Cisadane di Kota Tangerang, memang dibuat taman-taman rekreasi, sehingga banyak dikunjuni warga Tangerang saat musim libur tiba. Kondisi yang membuat saya miris karena sebagian besar sampah yang mencemari aliran sungai adalah sampah plastik, padahal sampah plastik termasuk yang paling sulit di daur ulang bahkan membutuhkan waktu hingga puluhan tahun agar bisa terurai. 

Tidak usah jauh-jauh, jalan pintas yang saya lewati setiap pagi untuk mengantar dan menjemput putri saya dari sekolah adalah kebun kosong yang banyak terdapat sampah plastik, sejak empat tahun lalu hingga sekarang sampah plastik itu masih ada, utuh di atas tanah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline