Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Kisah Manusia

Diperbarui: 3 November 2021   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Tiap orang punya kisah yang darinya kita dapat belajar. Ir. Frans Satyaki Sunito, saat ini Presiden Universitas Pembangunan Jaya (UPJ). Frans Sunito telah malang melintang dalam beragam posisi sepanjang rekam jejak karyanya. Dari sekelumit online talk yang saya simak di Urban Talk UPJ (https://youtu.be/P0fNgoy6AIw) rasanya kisah dan pesan Frans sangat relevan bagi kita semua.

Frans dibesarkan saat teknologi belum berkembang. Prinsip yang dipegangnya, teknologi diciptakan untuk membantu manusia lebih produktif, lebih bermanfaat bagi masyarakat. "Bukan teknologi an sich". Tetapi, manfaat dan dampak yang dihasilkan teknologi jauh lebih penting untuk diteruskan. 

Warga modern di perkotaan telah mumpuni untuk menjadikan kawasan kota nyaman untuk dihuni. Persoalannya bagaimana kota dapat berkembang dengan dampak sosial terbaik bagi masyarakat, think of others.

Perjalanan karir Pak Frans dimulai dari BUMN sampai ke Jaya Group dan kini menjadi Presiden UPJ. Lulus ITB jurusan Teknik Sipil tahun 1974 tentu suatu masa yang cukup panjang untuk menunjukkan jejaknya sebagai manusia unggul. 

Pasca kelulusannya, ia mendapat kesempatan magang di Belanda, di suatu perusahaan kontraktor---salah satu kontraktor terbesar di dunia---untuk konstruksi besar atau projek mega. "Dulu istilahnya sipil basah, berkaitan dengan pelabuhan, membangun terusan, berhubungan dengan air. 

Sementara magang, saya mendaftarkan ke Sekolah tinggi Teknik Delft, TU Delft saat ini namanya". Frans tidak mengambil gelar di sekolah itu, tetapi mempelajari courses yang diberikan di TU Delft. 

Dari kisah ini, tampak Frans ingin go beyond, tak peduli pada gelar, tetapi lebih peduli pada kompetensi yang terpenting bagi karya dan renjananya. Ia mempelajari konstruksi-konstruksi beton, tertarik dengan gedung besar, jembatan panjang, dan pelabuhan.

 Dengan modal sarjana insinyur ITB kala itu dan tentu dengan semangatnya, TU Delft mengijinkannya mengambil beberapa courses di semester berapa pun. Satu hal yang sangat membumi adalah renjananya untuk terus mengikuti kuliah sembari magang bekerja, demi kecintaannya bagi Indonesia: "Saya tekun mengikuti kuliah dan mengambil ilmu itu untuk berguna bagi Indonesia. 

Saya ingin menguasai ilmunya, tidak pada ujiannya, saya tekuni, sampai rumah saya pelajari lagi, saya buat rekapnya. Setelah di Indonesia, menjadi panduan untuk bekerja".

Kemudian ketika kembali ke Indonesia, Frans muda diterima di PT Wijaya Karya (Wika). Pada tahun 1977 ia masuk dalam Wika Holding, kemudian diminta untuk mengembangkan bagian R & D dan diminta mengembangkan industri betonnya. Ia membangun Wika Beton pada tahun 1990-an akhir, persis renjananya. Berbagai produk beton ia kembangkan di tempat itu. Ia dipercaya menjadi kepala divisi beton.

Tahun 1990 ada lowongan direktur yang kosong di Wika: "Saya loncat jabatan dua jabatan untuk menjadi direktur"---tentu ini semakin menunjukkan kualitas leadership seorang Frans Sunito. Tanggung jawab yang ditugaskan padanya saat itu adalah posisi Direktur Keuangan yang menuntutnya untuk mempelajari hal baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline