Dalam menyongsong pilar Indonesia Emas 2045, yaitu pemerataan pembangunan, Indonesia gencar melaksanakan berbagai proyek pembangunan hampir di seluruh daerah. Namun demikian, masih banyak perusahaan-perusahaan konstruksi yang masih mengabaikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama proses pembangunan berlangsung. Ida Fauziyah, selaku Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Indonesia saat penganugerahan Penghargaan K3 tahun 2023 (22/6/2023) menyatakan bahwa jumlah kecelakaan kerja yang terjadi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. "Jumlah kasus kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2022 menampilkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya dimana jumlah tersebut telah mencapai 298.137 kasus, meningkat sebanyak 21%", tutur Ida.
Data tersebut membuktikan bahwasanya pengimplementasian K3 masih sering diabaikan oleh banyak perusahaan. Padahal, pengabaian K3 pada pekerja bangunan akan menimbulkan kerugian bagi berbagai pihak yang ada. Pekerja berpotensi mengalami luka ringan, berat, hingga menyebabkan kematian yang tentu berdampak bagi kesejahteraan keluarganya. Perusahaan tentu akan mengalami kerugian akibat kecelakaan kerja, seperti berkurangnya produktivitas pekerja, bertambahnya pengeluaran akibat pembayaran kompensasi atau tunjangan kecelakaan, serta berdampak pada terhambatnya proses pembangunan. Oleh karena itu, Ida mendorong seluruh perusahaan yang terlibat dalam proyek pembangunan harus mengimplementasikan sistem manajemen K3 sesuai dengan peraturan yang ada secara berkelanjutan.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan pengecekan kelengkapan APD (Alat Pelindung Diri) yang dikenakan oleh para pekerja ataupun pihak-pihak yang masuk ke dalam kawasan proyek. Umumnya, pengecekan kelengkapan APD dilakukan secara manual dimana perusahaan akan merekrut seorang pekerja untuk mengecek orang-orang yang akan masuk ke dalam kawasan proyek. Akan tetapi, proses pengecekan ini tidak menjamin bahwa orang-orang yang telah masuk akan tetap memakai APD secara lengkap. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah inovasi terbaru untuk mengatasi hal ini.
Berlandaskan hal itu, Widya Robotics menghadirkan teknologi pendeteksi object yang bernama Vision Intelligence (VI). Teknologi ini menggunakan AI Engine sebagai prosesor utamanya yang dapat mengenali dan mengidentifikasi data visual dari berbagai macam objek secara otomatis.
Dalam melakukan identifikasinya, VI akan memanfaatkan penggunaan kamera, baik itu kamera yang terdapat pada smartphone atau CCTV. Teknologi ini juga dapat mendeteksi berbagai macam objek, terutama manusia dengan sangat cepat dan akurat. Tidak hanya itu, teknologi ini juga dapat diterapkan di berbagai sektor industri.
Berkaitan dengan sektor konstruksi, produk turunan VI yang cocok digunakan adalah Artificial Intelligence Health Safety and Environment (AI HSE). Teknologi ini dapat mendeteksi kelengkapan APD yang digunakan, baik oleh pekerja maupun orang yang masuk ke dalam proyek pembangunan, seperti helm safety, masker, rompi safety, sarung tangan, sepatu safety, goggles, dan masih banyak lagi secara otomatis.
Selain proses pendeteksian yang berlangsung sangat singkat dan akurat, teknologi ini juga memiliki daya pandang yang jauh. Dengan demikian, teknologi ini akan mempermudah mandor untuk melakukan pengecekan dan pengawasan secara berkala kepada setiap orang yang masuk ke dalam area proyek.
"Cara kerja teknologi ini tergolong sangat mudah. Cukup dengan mengintegrasikan kamera yang ada di sekitar proyek, baik itu berupa palang pintu maupun CCTV dengan program AI HSE. Setelah terintegrasi, maka AI HSE akan melakukan pengecekan dan pendeteksian secara berkala dan otomatis pada kelengkapan APD yang dipakai oleh orang-orang yang berada di lokasi proyek." ungkap Alwy Herfian Satriatama selaku Chief Executive Officer Widya Robotics.