Lihat ke Halaman Asli

Elisabet Sari

Bagaimana aku memandang dari kaca mataku?

Telinga

Diperbarui: 21 Februari 2021   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Banyak teman, kerabat, bahkan orang-orang sekitar kita sering kali menghampiri kita atau pun via chatting online. Berbagai macam lontaran kalimat yang terucap dan terangkai dalam ketikan. Inilah beberapa hal di antaranya:

"Huhhhh .... aku kesal, aku sedih. Kamu ada waktu kan, aku mau cerita."

"Aku mau cerita, aku harap kamu ada waktu."

"Huahahaa hari ini banyak kejadian lucu. Aku mau cerita nih ..."

Setiap hari akan ada kalimat serupa di atas. 

Kita, Kamu, Aku: sebagai pendengar. Yaaa posisi ini ...

Pendengar sibuk dengan pikiran sendiri. Harus beri saran apa ya? Pernah mengalami hal serupa, apa solusi ini tepat ya? Bagaimana jika solusi ini tidak tepat? Pasti dia tidak akan membutuhkanku lagi untuk cerita.

Jadinya, pencerita terabaikan. 

Tidak semua orang yang datang kepada kita untuk bercerita mengharapkan saran yang tepat dan ampuh. Mereka hanya ingin didengar dengan baik. Ikut merasakan apa yang dirasakan. 

Mari menjadi pendengar yang baik! 😀

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline