Lihat ke Halaman Asli

Sogokan (Bagian 3 dari 4)

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Segelas kopi manis terhidang di meja kayu yang telah menjadi penghuni tetap rumahku. Sambil menikmati goreng singkong yang baru diangkat dari wajan, mataku menyaksikan sekolah yang dibiarkan ambruk, sementara murid-muridnya belajar di tenda-tenda darurat. Sementara wakil rakyatnya sibuk mengajukan mobil dinas baru. Aku hanya ditemani oleh bapak dan ibu, sedangkan adikku yang bungsu telah pergi dijemput bermain bola oleh teman-temannya.

“Man! Si Badrun anaknya Pak Samsul sekarang telah menjadi PNS.” Ibuku membuka pembicaraan. “Bukannya dia guru honorer di sekolah menengah?” Mataku tidak berpaling dari televisi.

“Itu dulu. Sekarang sudah jadi PNS.”

“Hebatlah,” jawabku tidak acuh.

“Tapi……”

“Apa?” Aku tidak sabar mendengar kelanjutannya.

“Pak Samsul harus menjual sawahnya di kampung.”

“Memang kenapa?” tanyaku, penasaran.

“Pak Samsul harus mengeluarkan uang 30 juta agar Si Badrun jadi PNS.”

“Tiga puluh juta? Besar amat. Mending buat usaha.”

Ayahku yang sejak tadi diam ikut bersuara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline