Lihat ke Halaman Asli

elin wijaya

Bintang Merah Latar Hijau

Nasib Sama, Buruh Dulu dan Sekarang

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Buruh Internasional atau May Day jatuh pada tanggal 1 Mei yang diperingati di berbagai negara. Yang dari awal sejarahnya mengenai tuntutan pemberlakuan jam kerja selama delapan jam oleh kaum buruh Amerika. Di Indonesia sendiri, hari buruh sudah berlangsung sejak tahun 1920.

Pada masa penjajahan Belanda, nasib buruh diperlakukan layaknya seperti budak, yang bahkan sangat tidak manusiawi dan sangat memprihatinkan kondisi para buruh pada saat itu. Orang Indonesia dianggap sebagai budak dan centeng, seperti yang tertera pada literasi di zaman meneer Van Den Berg yang berkuasa tentang perburuhan.

Keadaan buruh dari zaman reformasi sampai zaman sekarang juga tidak jauh berbeda. Dengan perlakuan dari majikan pada zaman sekarang pun yang ada hanya menganggap kalau buruh adalah mesin pekerja atau sebagai alat.

Kehidupan nyata buruh saat ini masih berada di tingkat bawah atau belum berada pada kehidupan yang layak. Di Indonesia saja masih ada buruh yang bekerja dengan cara perbudakan, tidak diberi makan, bahkan masih ada juga penyiksaan dan penganiayaan terhadap buruh. Dalam hal ini, tentunya pemerintah belum sepenuhnya memperhatikan nasib buruh-buruh di Indonesia.

Dengan adanya unjuk rasa dari para buruh di berbagai daerah di Indonesia, pemerintah seharusnya lebih peka dan lebih peduli dengan keadaan buruh. Bisa dilihat dari demo para buruh hari ini di Bundaran HI, mencapai ribuan buruh bahkan lebih dari berbagai daerah datang jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk menuntut hak semestinya sebagai buruh.

Kalau diamati peristiwa unjuk rasa tersebut pasti tidak akan berjalan kalau tidak terdapat alasan yang masuk akal dan kuat di dalamnya, yaitu tuntutan terhadap hak bagi para buruh serta kehidupan layak misalnya.

Pastinya pemerintah paham mengenai masalah penyebabnya. Dan pemerintah juga harusnya dapat menyelesaikan masalah tersebut dan lebih memperhatikan nasib buruh. Bagaimana kalau terjadi pemogokan kerja buruh di seluruh wilayah di Indonesia. Begitu pula pabrik apabila tidak ada tenaga pekerjanya atau buruh, maka pabrik juga tidak jalan. Pastinya Indonesia yang rugi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline