Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang bersifat relatif lebih baik yang timbul karena pengalaman atau latihan berulang yang dapat memperkuat diri, mendewasakan diri, lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar disini melibatkan interaksi individu antara suatu rangsangan dan respon seperti informasi, motivasi, persepsi, dan pemahaman, baik dari dirinya atau lingkungannya . Seseorang bisa disebut telah belajar apabila dia mampu menampilkan perubahan tingkah laku yang baik dalam habits sehari-hari sebagai hasil dari apa yang terlah dipelajarinya. Dengan kata lain, tindakan belajar akan membuat suatu perubahan pola perilaku, pola pikir, tindakan yang terukur baik sebelum ataupun sesudah menerima stimulasi tertentu, menandakan adanya internalisasi pengetahuan atau keterampilan baru.
A. Definisi Teori Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme lebih memprioritaskan aspek kognitif atau akal dan proses mental yang terjadi di dalam otak ketika seseorang belajar. Teori ini merupakan pendekatan yang lebih menitikberatkan pada proses belajar daripada suatu hasil dari belajar. Beberapa tokoh-tokoh penting dalam teori ini meliputi Jean Piaget, Jerome Bruner, David Ausubel, dan Robert M. Gagne. Teori ini menjelaskan bagaimana proses individu mengelola informasi yang di dapat, memproses pengetahuan, dan membangun pemahaman melalui struktur akal. Metode ini diyakini dapat memperkaya pemahaman siswa melalui proses bertukar ide-ide pembelajaran bersama rekan sejawatnya, berdebat, berpikir kritis dalam pembelajaran.
B. Tujuan Belajar Menurut Aliran Belajar Kognitivisme
Membentuk pemahaman mendalam tentang materi melalui proses kognitif aktif atau berdebat aktif, bertukar pendapat untuk meningkatkan kinerja akal seperti pengolahan informasi dan skema kognitif. Memperluas pengetahuan dengan menerima, mengolah, dan menerapkan informasi baru melalui berpikir kritis dan sintesis. Dengan diterapkannya teori tersebut, memiliki perubahan suatu peningkatan keterampilan dalam pemecahan masalah dengan berpikir logis, analitis, dan kreatif.
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitivisme
Kelebihan Teori Kognitif:
1. Meningkatkan kreativitas dan kemandirian siswa: Siswa tidak hanya menerima rangsangan tetapi mengolah informasi secara kreatif untuk mengembangkan ide dan pengetahuannya. Hal ini juga menumbuhkan kemandirian siswa sejak dini, misalnya ketika mengerjakan soal secara independen.
2. Teori ini mudah diterapkan dan banyak digunakan dalam berbagai jenjang pendidikan.
3. Memudahkan siswa dalam materi pelajaran: Siswa yang dapat mengolah informasi atau pelajaran berdasarkan kognitif dapat memproses pembelajaran dengan cepat. Hal seperti itu, dapat dilakukan dengan mengingat, mencari, dan menyimpan informasi agar lebih memahami pelajaran.
4. Teori kognitif mendorong tumbuhnya rasa tanggung jawab dalam diri siswa: Siswa di minta untuk memproses informasi secara kreatif dan mandiri, siswa belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan dan pembelajaran yang di ambil. Memikirkan sebab akibat dengan berpikir secara kritis dan cermat.
5. Teori kognitif dapat dimanfaatkan guru untuk memaksimalkan kemampuan mengingat siswa, seperti hal nya hafalan: Dengan pendekatan ini, siswa akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga memungkinkan mereka untuk mengingat dan memahami materi dengan lebih baik.
Kekurangan Teori Kognitif:
1. Tidak semua materi pelajaran sesuai dengan teori ini: Ada beberapa konsep yang sulit dipahami siswa hanya dengan penjelasan kognitif. Guru perlu menggunakan teori belajar lain agar siswa bisa menangkap apa yang guru jelaskan, contohnya seperti praktik menguburkan jenazah, dll.
2. Siswa memiliki daya ingat yang berbeda-beda: Teori ini memiliki kelemahan yang mengasumsikan daya ingat siswa itu sama, padahal daya ingat, berpikir siswa bervariasi.
3. Keterbatasan akal manusia dalam memahami konsep abstrak hanya dengan penjelasan teori saja tidak cukup. Perlu dukungan metode lain untuk mencapai pemahaman maksimal.
4. Teori kognitif mendorong tumbuhnya rasa tanggung jawab dalam diri siswa : Dengan memproses informasi secara kreatif dan mandiri, siswa belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan dan pembelajarannya. Memikirkan sebab akibat yang diambilnya dengan berpikir secara kritis dan cermat.
Meskipun demikian, teori belajar kognitivisme tetap menjadi pendekatan yang penting dalam pembelajaran. Dengan memahami proses kognitif siswa dan menggunakan pendekatan yang tepat, guru dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang mendalam dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan analitis juga menggunakan metode tambahan dalam pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H