Lihat ke Halaman Asli

Elina A. Kharisma

TERVERIFIKASI

Berbagi hal baik dengan menulis

Kurangnya Gerakan Literasi di Sekolah

Diperbarui: 13 Februari 2018   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews.com

Menanggapi masih rendahnya minat baca anak, pemerintah mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Program ini diharapkan mampu menumbuhkan minta baca pada para siswa juga untuk membangun iklim literasi di sekolah. 

Tidak hanya fokus pada kegiatan literasi, GLS juga menyoroti sarana dan prasana yang mendukung berlangsungnya program ini. Sayangnya, belum semua sekolah mampu menjalankan GLS sesuai dengan pedoman yang diberikan. Mengapa demikian?

1. Tenaga Kerja Yang Kurang Terlatih

Berjalannya GLS tidak lepas dari tenaga kerja di sekolah yang erat kaitannya dengan program ini yaitu para guru dan pustawakan. Mereka berperan penting dalam kelangsungan program literasi ini. Mulai dari mendampingi anak membaca, membuat kegiatan seputar literasi yang menarik, hingga mengelola perpustakaan dan sudut baca di kelas ataupun area lain di sekolah. 

Sayangnya, banyak guru dan pustakawan yang minim pengetahuan dan keterampilan sehingga mereka tidak mampu menjalankan perannya dengan baik. Selain itu, tidak sedikit guru yang tidak suka membaca dan kurang memahami pentingnya gerakan literasi sehingga mereka pun enggan untuk berkontribusi secara maksimal dalam program literasi ini.

2. Sarana Dan Prasarana Yang Kurang Memadai

Untuk mendukung GLS, ada beberapa sarana yang diperlukan yaitu perpustakaan dan Sudut Baca (Reading Corner). Dalam panduan GLS, Sudut Baca tidak hanya ada di dalam kelas, tetapi juga di area-area lain bahan bacaan dapat diakses dengan mudah oleh anggota komunitas itu. Memang ada juga sekolah yang sudah diperlengkapi dengan teknologi modern, akan tetapi masih banyak juga sekolah-sekolah yang mempunyai perpustakaan dengan kondisi yang tidak layak. 

Tata ruang perpustakaan juga masih banyak yang belum diatur dengan baik sehingga suasana di perpustakaan tidak mengundang para siswa untuk meluangkan waktu untuk membaca di situ. 

Selain itu, Sudut Baca di kelas juga menemui kendala mulai dari ruang kelas yang sempit, tidak tersedia buku, hingga tidak adanya rak buku untuk memajang koleksi buku. Jika untuk membuat Sudut Baca di kelas saja susah, bagaimana mungkin sekolah akan mampu membuat area baca lain di seluruh sekolah?

3. Bahan Bacaan Yang Terbatas

Dalam sebuah program literasi tentu ketersediaan bahan bacaan memberikan banyak pengaruh terhadap jalannya program tersebut. Meskipun banyak sekolah sudah mempunyai perpustakaan, namun belum semua perpustakaan mempunyai koleksi bahan bacaan yang berlimpah. Kebanyakan koleksi perpustakaan didominasi oleh buku paket pelajaran, sedangkan bahan bacaan lain masih sangat terbatas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline