Lihat ke Halaman Asli

Elina A. Kharisma

TERVERIFIKASI

Berbagi hal baik dengan menulis

Anak Lebih Menuruti Perkataan Guru daripada Perkataan Ortu?

Diperbarui: 17 April 2017   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya adalah seorang guru. Dalam Bahasa Jawa, guru adalah singkatan dari digugu lan ditiru yang artinya seseorang yang dipercaya, dipatuhi dan ditiru. Guru adalah sosok yang kata-katanya dapat dipercaya dan sikapnya dijadikan teladan oleh anak didiknya. Tentu hal ini bukanlah sesuatu yang mudah.

Saya mulai menjadi guru saat berusia 22 tahun dan mengajar anak-anak kelas 4 SD. Tentu saja bukan saya bukan orang yang sempurna. Saat bertemu murid-murid, saya berusaha keras untuk bersikap profesional dan dewasa. Bukan berarti saya jaga image, tetapi maksudnya adalah mengendalikan diri agar sikap dan kata-kata saya positif untuk dicontoh anak-anak. Tua atau muda, guru tetaplah seseorang yang sudah sepantasnya digugu dan ditiru. 

Kata orang, anak-anak cenderung menuruti kata-kata gurunya dibandingkan kata-kata orang tua mereka sendiri. Saya tidak percaya itu karena saat kecil saya tidak seperti itu. Saya nurut perkataan orang tua dan guru. Sampai pada suatu pagi, ada seorang Ibu menemui saya. Beliau berkata, "Ibu, tolong kasih tahu anak saya biar gosok gigi sebelum tidur. Dia susah kalau disuruh gosok gigi. Kalau Ibu yang bilang, pasti dia nurut. Tolong, ya, Bu." Masih dengan muka tidak percaya, saya mengangguk-angguk tanda bersedia membantu.Ternyata guru tidak hanya dipercaya dalam masalah akademis tetapi juga hal-hal lain termasuk menggosok gigi. Mungkin ibu tadi sudah sangat putus asa atau malas (maaf...) untuk mencoba menasehati anaknya lagi.

Beberapa hari setelah saya menasehati murid saya yang susah gosok gigi itu, ibunya datang kembali dan mengatakan bahwa putranya sudah mau gosok gigi sebelum tidur. Saya gembira dan terkejut karenal saya cuma bilang begini pada anak itu saat pulang sekolah, "Sampai jumpa. Nanti malam, ingat gosok gigi sebelum tidur, ya." Anak itu pun melambaikan tangan dengan mulut menganga plus pipinya yang memerah mendengar perkataan saya.

Hebat juga,ya. Kadang jadi guru tuh tidak perlu bawel dan berteriak-teriak. Cukup pakai kata-kata yang tepat tapi mengena serta disampaikan dengan cara dan waktu yang tepat. Walaupun anak-anak nurut pada gurunya, tetapi apakah harus mengurus masalah-masalah yang "aneh" seperti masalah gosok gigi juga (apalagi anaknya sudah kelas 4 SD)?

Wahai, orang tua. Andalah sosok yang harus digugu dan ditiru oleh anak-anak Anda di rumah. Jadi, kalau anak tidak mau nurut mungkin ada yang salah dengan cara komunikasi Anda. Perlu dicoba juga cara yang kreatif untuk menasehati anak-anak. Kalau begitu kan tidak semua-mua diserahkan kepada guru. Eits, bukan berarti guru tidak mau membantu tetapi mau memberikan kesempatan pada orang tua untuk mendidik anak-anak mereka  dan membuat mereka patuh pada didikan Anda, karena pendidikan anak dimulai dalam keluarga.

Namun, ada juga anak-anak yang menuruti perkataan gurunya karena tidak ingin mendapat masalah dengan orangtuanya. Biasanya guru tersebut berkata demikian, "Kalau kamu mengabaikan hal ini,, maka saya akan mengatur pertemuan dengan orangtuamu untuk mendiskusikannya." Lalu, anak tersebut biasanya akan nurut. 

Jadi, betulkah anak-anak lebih nurut pada perkataan guru daripada perkataan orangtua mereka?

Silakan Anda isimpulkan sendiri. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline