Lihat ke Halaman Asli

Renungan Ramadan

Diperbarui: 14 April 2021   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadan tentu merupakan moment yang ditunggu oleh semua muslim muslimah diseluruh dunia. Keberkahan dalam bulan ramadan ini tidak akan dapat dipungkiri oleh siapapun. Bahkan dimasa pandemi yang menginjak pada tahun kedua ini, Bulan suci  tetap ditunggu dan dinantikan. Pedagang makanan berharap akan dapat menyisihkan penghasilannya untuk modal selanjutnya, pedagang baju berharap banyak agar lebaran kali ini lebih baik dari tahun lalu. Hanya  pengusaha transportasi yang harus banyak istighfar dan bersabar. 

Larangan mudik kali ini memang bukan lagi menjadi hal yang aneh, Setelah larangan-larangan terdahulu. Berkah ramadan yang menjadi impian juga menjadi hal yang ditunggu keluarga pemudik. Perputaran uang ketika pemudik pulang ke kampung halaman merupakan nilai yang fantastis dan mampu mendongkrak perekonomian warga  yang tinggal di kampung. Disadari atau tidak pemudik akan membawa bekal yang cukup untuk makan cukup, memberikan sedekah kepada keluarga, dan juga hal-hal lain yang akan berdampak kepada perbaikan pendapatan warga setempat. Beberapa wilayah juga akan kebanjiran pengunjung di tempat kuliner dan tempat wisatanya. Tentu saja ini akan menjadi penghasilan tambahan untuk tukang parkir, tukang sewa tempat, pengusaha kuliner dan bahkan tukan souvernir yang mengangkat budaya dan kearifan lokal.

Pandemi memang telah merubah dan menjadikan masyarakat harus berpuasa pada kurun waktu yang panjang. Puasa untuk bepergian, puasa berwisata , puasa kuliner bahkan puasa untuk berangkat sekolah karena sekolah cukup dengan sentuhan pada gawai saja. Tahun lalu bulan puasa banyak dikeluhkan dengan bagaimana bisa memberi makan pada keluarga atau bagaimana bisa melangsungkan kehidupan esok hari jika kepala keluarga tidak lagi bekerja, uang pesangon habis di pakai untuk membayar hutang yang sifatnya konsumtif yaitu makan sehari-hari.  

Keluhan lain adalah bagi keluarga dengan anak lebih dari 1 yang harus bersekolah secara daring, hal ini menyebabkan orangtua harus menyiapkan gawai yang sesuai dengan kapasitas dan juga sesuai dengan peruntukan kegiatan pembelajaran siswa. Setiap hari media selalu memberitakan bagaimana perjuangan orangtua untuk bisa membelikan anaknya gawai atau bahkan berita tentang anak yang berjuang sendiri agar bisa membeli hp demi belajar secara daring.

Secara pribadi saya jarang menemukan pemberitaan dimedia yang menceritakan atau yang mengadakan penelitian tentang bagaimana dan apa saja yang dilakukan atau di kerjakan oleh anak atau siswa dalam 24 jam ketika dia memegang gawai. Hal ini bukan berarti tidak ada yang mengulas atau memberitakannya akan tetapi menurut saya ada semacam kecenderungan ketika ada satu hal yang dapat dibuli maka kenapa tidak, secara serentak orang-orang akan membicarakan kekurangan dan masalah yang sedang dihadapi tersebut. Sebaliknya jika permasalahan telah teratasi maka tidak ditinjau kembali aktifitas yang sedang berlangsung atau dilakukan.  Apakah orangtua telah mengawasi penggunaan gawai ?

Pembelajaran secara daring memang bukanlah pilihan yang dapat dikatakan sesuai atau tepat, karena pada dasarnya dalam pembelajaran ini sebagus apapun media yang digunakan, sebaik apapun sinyal yang  ada, sebanyak apapun kuota yang dimiliki dan sebesar apapun dorongan dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kesuksesan pendidikan ini namun respon siswa  semakin-hari semakin mengalami penurunan. 

Demikian pula dengan guru. Hal ini tentu tidak dapat diabaikan begitu saja karena pada dasarnya jika pendidikan dibiarkan demikian maka tentu pada tahun-tahun pandemi ini negara kita akan mengalami kehilangan kecerdasan pada generasinya. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa daring selain banyak kerugiannya akan tetapi juga ada banyak skill dan pekerjaan yang kemudian bermunculan seiring kreatifitas setiap manusia yang terjebak pada pandemi ini. Hilangnya generasi tersebut juga harus diwaspadai sebagai hilangnya etika, moral, karakter dan nilai budi pekerti yang seharusnya melekat pada diri setiap orang tidak terkecuali pada guru dan siswa. 

Guru adalah sosok panutan yang wajib ditiru suri tauladannya sedangkan siswa adalah sosok pembelajar yang mempelajari setiap jenjang kehidupan bukan hanya belajar bersama guru disekolah saja namun juga belajar terhadap setiap pengalaman dan juga hal-hal yang ditemuinya dalam proses pembelajaran tersebut.

Semoga bulan puasa kali ini membawa keberkahan pada setiap aspek kehidupan dan juga kemajuan yang positif terhadap pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya . Masyarakat adalah tim penilai baik independen ataupun kelompok. Sehingga setiap kemajuan ataupun kemunduran yang terjadi tentu kemudian akan mendapatkan kritik dan juga saran baik yang sesuai ataupun tidak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Korona yang telah menjadi pandemi semoga segera berlalu. Kebangkitan ekonomi pada sektor-sektor yang berpihak kepada ekonomi kerakyatan semoga segera bangkit dan kembali bergerak seperti sedia kala.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline