Ada seorang profesor Amerika Serikat yang terkenal konsisten dalam membicarakan soal konflik Palestina dan Israel dan itu adalah Noam Chomsky. Comsky sejak era 80-n banyak berbicara soal bagaimana dunia dan negara-negara adidaya melihat dan berbuat soal Palestina.
Bukunya yang terkenal dan terbit pada tahun 2014 berjudul On Palestine adalah sebuah buku yang merupakan respon atas perang di Faza pada tahun 2014. Perang itu menewaskan ribuan orang Palestina dan membuka jalan bagi Israel untuk terus menerus melakukan perampasan tanah
Buku itu mengatakan bahwa pembersihan etnis yang terus menerus terjadi bahkan pada tahun 2024 ini makin meningkatkan pentingnya masyarakat global memperbesar dukungan bagi rakyat Palestina.
Dan pada hari ini, ketika Israel memborbadir Palestina karena diserang oleh Hamas duluan, perkataan pada sepuluh tahun lalu masih nyata. Bahkan untuk serangan tahun 2024 ini profesor berusia 9 tahun ini mengatakan bahwa solidaritas global yang ditunjukkan untuk Palestina adalah cermin dari kesadaran kolektif soal pentingnya keadilan dan kemanusiaan.
Kesadaran atas serangan Israel yang membabi buta terhadap Palestina, memang sudah di tingkat global. Mereka menyerukan bahwa pentingnya menjaga agar tidak banyak jatuh korban lagi terutama pada anak -anak dan wanita. Kini dunia mencatat bahwa sekitar hampir 7000 orang menjadi korban perang dua pihak itu.
Meski begitu Chomsky memang memberi penekanan bahwa Palestina yang merupakan negara dengan penduduk tidak kaya, akan sulit mendapat dukungan nyata dari dunia global termasuk dari Amerika Serikat dan beberapa negara di Timur Tengah. Mereka memang menyatakan keprihatinan, tapi tidak secara sungguh-sungguh membela Palestina. Jika kita perhatikan, hanya Turki dan beberapa negara Islam yang membela dengan sungguh-sungguh Plaestina termasuk Indonesia.
Turki yang merupakan negara bekas kekhalifahan memang mengecam keras massifnya serangkan Israel terhadap Palestina.
Ini kemudian menjadi benang merah bagi pihak tertentu, terutama para pendukung ormas yang kini sudah dibubarkan yaitu HTI untuk menggunakan isu Israel - Palestina sebagai isu paling "empuk" yang digunakan untuk memasukkan narasi mereka tentang Khilafah dalam konflik Israel -Palestina.
Memasukkan agenda politik khilafah dalam simpati kepada Palestina sangat tidak relevan dan "sangat kejam". Karena itu seorang Noam Chomskypun bereaksi soal "penunggangan" itu. Dia mengatakan bahwa " Perjuangan yang tulus soal Palestina, sangat berbeda dengan gerakan yang memiliki agenda politik sempit. Mereka mencaoba menunggangi penderitaan orang lain untuk kepemntingan mereka sendiri,"
Masalah Palestina adalah isu kemanusiaan yang memerlukan solidaritas dan dukungan tulus dari seluruh dunia. Marilah kita dukung dengan tulus tanpa agenda tertentu.