Lihat ke Halaman Asli

eli kristanti

Guru Bahasa Inggris

Indonesia Perangi Terorisme dengan "Soft Approach"

Diperbarui: 3 Mei 2018   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.aa.com.tr

Berbicara tentang terorisme di Indonesia, kita berhadapan dengan peristiwa terorisme yang cukup panjang.  Rentetan terorisme di negara kita muncul sejak zaman orde baru sampai sekarang.  

Kita ingat perstiwa pembajakan pesawat Woyla yang dilumpuhkan di Don Muang Thailand. Sampai puncaknya yaitu peristiwa bom Bali pada tahun 2002 dan tahun 2005 yang menjadi  sejarah memilukan Indonesia soal terorisme.

Sejak tahun 2011 -2015 suasana Indonesia agak kondusif terhadap terorisme, tapi tidak dinyana bom Thamrin kembali mengguncang pada awal tahun 2016. Meski pelaku dengan cepat dibekuk, namun bagi banyak kalangan, itu seperti pertanda bahwa terorisme belum selesai di Negara ini.

Kita tahu bahwa Negara tidak berdiam diri dalam memerangi terorisme. Ada upaya-upaya yang cukup besar dan keras dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk memerangi itu sampai akar-akarnya. 

BNPT sebagai lembaga koordinatif  tidak sendiri karena ada Kementrian Agama, Densus 88 dan Kemendikbud serta Kementrian Sosial yang mengupayakan soft approach (pendekatan lunak) untuk memerangi terorisme (counter terorisme).

Pendekatan soft approach memang relatif cocok dengan iklim Indonesia dibanding pendekatan hard approach yang lebih memakan energi dan emosi. Pendekatan soft approach yang dilakukan oleh pemerintah bertumpu pada dua hal, yaitu deradikalisasi dan kontra propaganda.

Deradikalisasi adalah segala upaya untuk menetralisir paham-paham radikal melalui pendekatan interdisipliner  seperti hukum, psikologi, afgama, ekonomi, pendidikan, humaniora dan sosial budaya kepada para pihak yang ditengarai terpapar oleh radikalisme. Selain itu program ini tak lepas dari pembinaan kepada pihak yang berpotensi terpapar yaitu para mantan napi teroris, keluarga teroris dan jaringannya (teman-temannya)

Salah satu cara pendekatan lunak ini adalah menggandeng  para mantan pimpinan kelompok teroris yang telah bertobat untuk dapat membawa para pelaku terorisme untuuk kembali pada jalan yang benar. Pendekatan ini efektif karena telah nyata dapat menunjukkan bahwa di manapun kekerasan demi alasan agama atau apapun itu, tidak dibenarkan di dunia ini.

Pendekatan lunak juga dilakukan di beberapa organisasi Islam seperti Nahdatul Ulama (NU) dan Muhamadiyah. Selain itu pemerintah juga melakukan kontra propaganda diantaranya melalui media social dan dunia maya, dengan merekrut generasi milenial yang akrab dengan gawai dan dunia maya untuk menjadi duta-duta damai , mirip influencer untuk perdamaian. Mereka akan menyebarkan pesan-pesan damai kepada anak muda dan mayarakat umumnya.

Berbagai upaya soft approach pemerintah soal terorisme ini terbukti diakui dunia sebagai strategi ampuh untuk mengurangi dan meredam bahaya terorisme di Indonesia. Pendekatan ini dinilai relevan  dalam menciptakan perdamaian dan keamanan dunia dibanding dengan hard approach yang dilakukan oleh beberapa negara di dunia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline