Lihat ke Halaman Asli

Elika Puspa Maharani

Hubungan Internasional S1 (Universitas Kristen Satya Wacana)

Fim Barbie (2023): Salah Satu Visualisasi Konkret Tuntutan "Double Standart" Wanita Masa Kini?

Diperbarui: 20 Agustus 2023   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Ilustrasi: Mostra Barbie Milano

Film Barbie yang rilis pada tahun Juli 2023 yang lalu, adalah film yang bergenre romansa diselipi beberapa unsur komedi di dalamnya. Disutradarai oleh Greta Gerwig, film ini memberikan sajian yang ringan mengenai kehidupan Barbie sehari-hari. 

Dalam cerita tersebut seluruh tokoh perempuan dipanggil dengan julukan “Barbie” dan tokoh laki-laki dipanggil dengan nama Ken. Adapun dalam film tersebut para Barbie memiliki kehidupan yang sempurna dengan paras yang cantik, memiliki keahlian yang beragam dan selalu gembira dalam segala situasi. 

Berbeda dengan nasib Ken, mereka hanya bisa melakukan aktivitas dengan segala keterbatasan salah satu contohnya tidak dapat menjadi seorang pemimpin. 

Pada suatu ketika ada salah seorang Barbie yang mengalami cedera fisik yaitu kakinya tidak bisa berjinjit selayaknya seperti Barbie pada umumnya. Karena hal tersebut, ia diberi sebuah pemboikotan yang dilakukan oleh para Barbie yang lain. 

Pada akhirnya Barbie dengan telapak kaki lurus mencari segala cara agar dapat memulihkan kesempurnaan fisiknya agar masih relevan untuk menduduki gelar “Barbie”.

 Pemaknaan mengenai Film Barbie tidak sesederhana apa yang disajikan. Meski disajikan dengan cukup fun tetapi amanat yang disampaikan film tersebut cukup menohok.

 Diceritakan saat Barbie dan Ken menuju ke dunia nyata untuk mencari solusi dari permasalahan pada kaki Barbie, Ken melihat bahwa di dunia nyata peran seorang pria cukup berkuasa dan berdampak. Hal tersebut seolah-olah berbanding terbalik dengan apa yang ia alami di dunia Barbie. 

Di dunia nyata seorang pria dapat menjadi pemimpin, memiliki pekerjaan layak, bahkan diberi kesempatan penuh untuk berkarir. Menurut paham patriarki, dunia nyata yang dilihat Ken dinilai cukup “patriarkis”. 

Hal ini dikarenakan semua yang ada di dunia nyata didominasi oleh seorang pria dan peran wanita yang masih sangat terbatas. Lalu pada akhir cerita ada seorang tokoh yang menawarkan mengenai konsep kesetaraan gender untuk mencapai dunia yang semestinya terjadi. 

Secara tersirat dapat diartikan bahwa Film Barbie ini mempromosikan mengenai kesetaraan gender dan anti-patriarkisme. Hal tersebut dilakukan karena pada masa yang tergolong sudah maju, patriarki masih melekat kuat di benak masyarakat. Dapat dilihat di Indonesia bahwa patriarkisme masih tertanam kuat pada pandangan warga negaranya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline