Lihat ke Halaman Asli

Eli Halimah

open minded

Pembelajaran Daring dan Kemampuan Bahasa yang Garing

Diperbarui: 19 Agustus 2024   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Catatan saat pandemi

Satu pagi saya menemani si bungsu yang duduk di kelas dua sekolah dasar melakukan zoom meeting dengan gurunya. Pagi itu mata pelajarannya adalah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).

Pukul 07.30 dia sudah siap dengan seragam merah putihnya. Itu aturan yang diberlakukan dari sekolahnya. Buku paket, buku tulis, dan alat tulis pun telah disiapkan. Saya duduk di sampingnya, tetapi tidak tampak di layar.

Tidak lama, pembelajaran pun dimulai. Setelah bersama-sam membaca doa dan surah Alfatihah, pak guru mulai membuka pembelajaran.

"Baiklah, anak-anak. Hari ini kita akan belajar tentang 'paint'. Paint adalah satu program dalam komputer yang berfungsi untuk menggambar sesuatu." Demikian pak guru memulai kelasnya. Lalu dilanjutkan dengan menyebutkan beberapa ikon dalam program paint beserta fungsinya.

Hei, ini seperti PJJ (pembelajaran jarak jauh) anak kuliah. Saya mengerutkan kening. Si bungsu terlihat cemberut lalu menyandarkan kepalanya di kursi. Digoyang-goyangkannya kursi itu.

Dia tidak merespon, apa pun. Padahal anak saya juga tidak bodoh-bodoh amat rasanya. Dia masuk dalam lima besar saat kenaikan kelas.

Saya mulai berpikir. Ada yang kurang tepat dengan proses pembelajaran ini. Ketrampilan bahasa pak guru sangat kaku alias garing. Tahap apersepsi (pendahuluan) yang seharusnya menarik, malah membuat siswa bingung.

Dia membuka pembelajaran dengan definisi materi. Ini sangat tidak bisa diterima oleh pola kerja otak anak kelas dua SD. Anak sesuisa mereka  taraf  berpikirnya masih konkret. Semua harus terlihat, teraba, dan terasa. Sedangkan definisi selalu bersifat abstrak.

Alih-alih pembelajaran menarik, anak-anak malah mengawali pembelejaran dengan kebingungan atau lebih parah dengan ketidaknyamanan. Sangat mungkin kejadian semacam ini juga dialami putra-putri Anda selama pembelajaran daring.

Kejadian ini membuat kita semua melek, betapa ketrampilan berbahasa seorang guru sangat penting. Guru harus memiliki kemampuan mengolah kata dan kalimat sesuai dengan level berpikir anak didik. Menyederhanakan sesuatu yang rumit dan mengkongkretkan sesuatu yang abstrak adalah sebuah keniscayaan. Apalagi untuk tingkat anak-anak SD.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline