Lihat ke Halaman Asli

Eli Halimah

open minded

Rokok dan Keterbatasan Sekolah

Diperbarui: 25 Februari 2024   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tugas guru amat sangat luas. Bahkan cenderung tak bertepi. Saking luas dan tak bertepinya, semua harapan orang tua dan masyarakat sering kali ditumpahkan di pundak guru. Banyak yang lupa bahwa mendidik dan membimbing adalah tugas semua orang.

Kata membimbing sesungguhnya memiliki kompensasi yang amat berat bagi seorang guru. Saat siswanya berperilaku kurang baik, nama guru dan sekolah langsung menjadi taruhannya.

Saya ingin membahas satu perilaku negatif yang banyak dilakukan anak sekolah saat ini, merokok. Setiap hari saya sering melihat mereka mengonsumsi rokok di sela-sela mereka istirahat, sebelum, atau setelah pulang sekolah.

Tidak dipungkiri juga siswa di sekolah saya. Hampir semuanya merokok. Hanya frekwensinya saja yang berbeda. Apakah pihak sekolah tidak tahu? Tahu. Apakah pihak sekolah tidak menindak mereka? Sudah. Apakah mereka tidak diberikan sanksi? Pasti.

Tetapi penyelesaian masalah ini bukan pada sebanyak dan sesering apa pihak sekolah menyangsi dan menghukum mereka. Bukan!

Penyelesaian masalah pelajar yang merokok merupakan tugas banyak pihak yaitu orang tua, sekolah, dan masyarakat. Dan yang sebenarnya akan lebih  efektif tentu di lingkungan  keluarga. Sekali-kali saya tidak sedang berusaha melepaskan diri dari tanggung jawab.

Karena, seberapa sering pun guru dan sekolah berusaha menyadarkan mereka, mengedukasi mereka dengan informasi tentang bahaya merokok, semua akan dipatahkan lagi oleh pola asuh orang tua. Selama orang tua mereka tidak bisa memberikan pemahaman yang baik terhadap anak tentang buruknya merokok, mereka akan tetap melakukan hal itu. Selama orang tua diam dan melakukan pembiaran terhadap anaknya yang merokok, pihak sekolah tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Waktu mereka di rumah jauh lebih banyak dari pada di sekolah. Mereka sudah mendapatkan pola didik dari orang tua sejak kecil. Pola-pola itulah yang banyak membentuk sifat dan karakter mereka.

Memang belum permanen dan masih sangat mungkin berubah. Namun, jika pola asuhnya tidak berubah, mereka akan kembali pada bentuk dan pol asuh yang masih mereka terima. Mereka yang sudah sangat terbiasa dengan satu pola, biasanya akan sulit sekali untuk mengubahnya. Baik positif maupun nnegatif.

Apakah orang tua tidak tahu jika putra mereka merokok? Saya pastikan mereka tahu. Hanya saja mereka sering menganggap hal itu biasa, normal, dan wajar.

Apakah orang tua tidak menasihati putra mereka untuk berhenti merokok? Husnudzdzon saya mereka pasti telah melarangnya. Hanya saja banyak orang tua yang lemah terhadap anak. Mengalah bahkan kalah denan anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline