Lihat ke Halaman Asli

Eli Halimah

open minded

Tradisi Qunutan

Diperbarui: 17 April 2022   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Day 15

Qunut masuk pada ranah furu'iyyah atau masalah cabang dalam pandangan Islam. Jadi jika ada perbedaan pendapat di antara umat Islam, bukanlah hal yang perlu diperdebatkan, apalagi menjadi pemicu perpecahan. Kelompok yang melakukan qunut dan tidak, dua-duanya benar. Yang terpenting adalah kita tidak menjadi taqlid buta atas pilihan kita sendiri. Artinya jika kita memilih untuk menggunakan qunut dalam ritual ibadah, sepatutnya kita mengetahui dasar hukumnya. Sehingga keyakinan kita tidak hanya berada pada lapisan kulit luarnya saja, tetapi menjadi haqqul yakin atau benar-benar percaya.

Begitu pula dengan pemilih tanpa qunut. Carilah dan pahamilah dalil atau landasan yang mendukung hal tersebut. Sehingga kita melakukan sesuatu bukan karena ikut-ikutan atau alasan lainnya. Akan tetapi kita mengetahuinya secara mendalam. Sehingga ketika kita dipertanyakan tentang hal tersebut (qunut), kita mampu menjelaskannya dengan baik.

Satu hal yang lebih keren lagi adalah jika kita mencari alasan dan dasar hukum atas kedua pilihan tersebut, baik yang menggunakan qunut atau yang tidak. Di zaman yang teramat canggih dan modern ini, mencari hal seperti itu bukanlah perkara yang sulit. Hanya dalam satu atau dua kali tekan saja, semua bisa kita perolah.

Dengan mengetahui dua-duanya, wawasan kita akan semakin luas. Kita juga menjadi orang yang lebih bijak dan tidak mudah menghakimi orang lain yang berbeda pandangan. Saling menghormati dan menghargai adalah kondisi terakhir yang akan kita perolah. Bukankah kondisi seperti ini adalah impian semua insan? Terlepas dari apa, siapa, dan bagaimana keyakinan kita semua.

Memasuki hari kelima belas Ramadan, kami akan membacakan qunut pada satu rakaat akhir di salat Witir. Tradisi menyambut qunutan ini ditandai dengan pembuatan ketupat dan beberapa makanan tradisional lainnya. Karena Sebagian besar warga Cilegon adalah golongan yang menggunakan qunut, hari ini menjadi amat spesial. Dalam arti bahwa kita melakukan tradisi ini secara bersamaan.

Memang tidak ada keharusan dalam merayakannya. Namun, tradisi ini sudah turun-temurun sejak nenek moyang kami dan kami bangga serta bahagia melaksanakannya. Niatkan saja untuk membahagiakan keluarga serta sanak famili. Bukankah berbagi makanan pada bulan Ramadan adalah hal yang amat dianjurkan dalam Islam?

Tradisi qunutan yang kami lakukan memiliki banyak makna, yaitu:

1. Mengajarkan nilai kebersamaan

Sejak pagi buta di hari kelima belas, kaum ibu telah sibuk menganyam daun kelapa muda untuk dibuat 'urung kupat' (kerangka ketupat). Beberapa orang tetangga akan berkumpul dan membuatnya. Mereka melakukannya sambil bercerita, bersenda-gurau, dan lain sebagainya. Hal ini semakin mempererat hubungan kami antartetangga.

Dalam sebuah tatanan masyarakat, kebersamaan sangatlah penting. Masyarakat yang memiliki kedekatan, keeratan, dan keterikatan satu dengan yang lainnya, akan menciptakan kerukunan hidup di dalamnya. Jika masyarakat hidup rukun, semua aktivitas warga akan berjalan dengan baik dan normal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline