Lihat ke Halaman Asli

Eli Febrianti

Seorang pendidik tidak tetap yang sedang mulai bergerak

3.1.a.6 Demonstrasi Kontekstual Pengambilan Keputusan

Diperbarui: 20 Oktober 2022   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai sebuah institusi moral, sekolah adalah sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid. Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral. Pada modul 3.1.a mengenai pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, sebagai pemimpin pembelajaran kita diharapkan dapat membuat keputusan yang berpihak pada murid dan dapat diterima oleh seluruh warga sekolah. Dan juga memastikan kembali bahwa hasil dari pengambilan keputusan itu juga memiliki nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggung jawabkan. Saat berada di suatu instansi tak jarang kita akan berada dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang memaksa kita mengambil sebuah keputusan yang dapat diterima oleh semua lapisan yang terlibat.

Ketika menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Sehingga muncul 4 (empat) paradigma dilema etika yang dapat kita identifikasi pada kasus dilema etika yang kita rasakan, yaitu :

  • Individu lawan kelompok (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Selain itu ada juga 3 (tiga) prinsip yang bisa kita gunakan untuk menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan yaitu 3 (tiga) prinsip pengambilan keputusan yaitu :

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Kemudian terdapat 9 (sembilan) tahapan pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu :

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  • Pengujian benar atau salah
  • Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
  • Melakukan Prinsip Resolusi
  • Investigasi Opsi Trilema
  • Buat Keputusan
  • Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Pada tugas demonstrasi kontekstual kali ini, saya akan menganalisis 2 (dua) narasumber yakni Kepala Sekolah SMAN 1 Kedungwaringin dan SMKS Garuda Nusantara Tegalgede untuk menggali lebih dalam bagaimana narasumber berada dalam sebuah kasus dilema etika atau bujukan moral sesuai dengan prinsip, paradigma, dan tahapan pengambilan dan pengujian keputusan.

Berdasarkan 2 (dua) narasumber yang saya wawancarai, sejatinya dalam pengambilan keputusan diperlukan banyak pertimbangan-pertimbangan yang perlu dilakukan. Kedua narasumber mengatakan untuk mengidentifikasi suatu kasus itu termasuk ke dalam dilema etika atau bujukan moral maka diperlukan observasi lingkungan misalnya jika itu terkait antara satu individu dengan individu lain maka sebagai pemimpin perlu adanya melihat karakter pribadi individu-individu tersebut kemudian mendengar permasalahan dari kedua pihak secara langsung setelah itu mendengar pula saksi dari kedua pihak. Setelah dapat mengidentifkasi kasus tersebut maka langkah selanjutnya yang diambil adalah mengajak diskusi semua pihak yang terlibat.

Jadi selama pengambilan keputusan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah :

  • Mengidentifikasi kasus (melihat dan mendengar situasi lingkungan sekitar)
  • Melakukan pendekatan personal
  • Mengajak diskusi bersama
  • Mendengarkan semua permasalahan dari pihak-pihak yang terlibat
  • Mengambil keputusan bukan untuk kepentingan pribadi
  • Waktu pengambilan keputusan dilakukan se-segera mungkin, tidak menunda-nunda sehingga masalah menjadi rumit dan besar

Pengambilan keputusan dapat menjadi mudah diambil saat pihak-pihak terkait menyadari permasalahan-permasalahan mereka dan tidak merasa selalu benar. Kedua narasumber juga mengatakan se-darurat apapun situasinya, jika diperlukan pengambilan keputusan maka tetap harus koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Jadi tidak ada pengambilan keputusan langsung dari pimpinan tanpa mendengar dari pihak-pihak lain yang terlibat.

Kesimpulan : Sebagai pimpinan tidak boleh mengambil keputusan sepihak apalagi terburu-buru, selalu perhatikan identifikasi masalahnya terlebih dahulu. Jangan lupakan libatkan semua stakeholder terkait apapun dan bagaimanapun situasinya. Berada di posisi sebagai pemimpin dalam suatu instansi mengharuskan belajar untuk mendengar dan melihat dari segala sudut pandang tanpa memberatkan di satu pihak saja.

Eli Febrianti

CGP Angkatan 5 Kab. Bekasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline