Lihat ke Halaman Asli

ELIFATA HULU

Blessed to be Bless

Mengakhiri dengan Baik

Diperbarui: 21 November 2018   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hidup manusia di bumi ada awal dan pasti ada akhir. Jika di ibaratkan hidup seperti sebuah buku, maka sampul paling depan merupakan catatan awal dari kehidupan dimulai yaitu kelahiran. Pada bagian dalam dimulai dari halaman pertama dan diikuti dengan halaman-halaman selanjutnya, itulah torehan sejarah atau jejak langkah berisi catatan kehidupan dari setiap peristiwa dalam hidup kita. Semua hal yang baik dan buruk yang kita alami dan yang kita lakukan terekam semua. Pada bagian belakang ada sampul penutup, artinya tidak ada lagi kisah karena semua sudah berakhir, itulah kematian. Hal terpenting bukan pada panjang-pendeknya kisah atau umur seseorang, tetapi bagaimana kita mengisi catatan kehidupan dari awal sampai mengakhirinya.

Mengawali, menjalani dan mengakhiri dengan baik dapat dijadikan motto dalam kehidupan kita. Ada yang mengatakan jika memulai sesuatu dengan baik pasti akhirnya akan baik. Dalam kisah hidup Simson menunjukan hal sebaliknya, hidupnya diawali sangat baik, ia seorang nazir Allah. Namun dalam perjalanan hidup bersama kekasihnya Delila, ia tergoda dan hidupnya berakhir tragis. Ada pula yang berpendapat, tidak penting bagaimana memulainya tetapi bagaimana mengakhirinya. Jika berawal dengan tidak baik tentu tidak menghasilkan sesuatu yang baik, ibarat pohon yang baik dapat dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik pula. Namun kita semua berharap bahwa akhir kehidupan kita akan baik, maka masa hidup yang kita jalani kini merupakan kesempatan untuk memperbaikinya agar terarah pada maksud dan tujuan Tuhan menciptakan kita.

Dalam 2 Timotius 4:7-8, Paulus menggambarkan kehidupan sebagai suatu perlombaan lari, dimulai dari titik awal yaitu garis START dan berakhir pada titik akhir yaitu garis FINISH.  Dalam konteks Paulus, ia berbicara tentang bagian akhir dari kehidupannya, dimana tidak lama kemudian ia dihukum mati sebagai martir. Ia mengatakan "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya". Perlombaan wajib baginya telah diselesaikan dengan baik dan ia telah mencapai garis akhir dan menjadi pemenang.

Paulus salah satu contoh hidup yang buruk pada awalnya, bahkan ia sendiri mengakuinya dengan jujur bahwa ia paling berdosa di antara manusia. Tetapi ada suatu titik dimana ia mengalami perubahan 180 derajat dalam hidupnya, dan ia dengan rendah hati bersedia untuk mengalami perubahan. Titik perubahan itu terjadi dalam peristiwa perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan di jalan ke Damsyik. Menarik untuk melihat kisah hidup Paulus selanjutnya, bagaimana ia menjalani sisa hidup sebagai kesempatan untuk melayani. Kemudian ia membuat pernyataan "aku telah mengakhiri pertandingan yang baik". Bagi Paulus hidup bagaikan perlombaan wajib yang harus dijalani dan perlu memastikan akhir yang baik.

Pertama, Paulus berkata "aku telah mencapai garis akhir", artinya ia telah bertekun menjalani hidup, dan mengabdikan diri kepada Tuhan sampai akhir hayatnya. Perlombaannya sudah berakhir dan ia menjadi pemenang. Masing-masing kita sedang menuju garis akhir kehidupan kita. Bagaimana kita menjalaninya saat ini merupakan persiapan menuju garis akhir dalam hidup kita, yang sudah pasti akan terjadi di depan. Maka sebaiknya sama seperti hidup pasti berakhir, demikian kita juga harus memastikan bahwa hidup kita akan berakhir dengan baik.

Kedua, "aku telah memelihara iman". Paulus telah bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan dan melakukan kehendak-Nya sebagai perlombaan wajib baginya. Ia telah menjalani hidup dalam kebenaran dan kesetiaan. Kayakinannya akan Tuhan semakin teguh dan kokoh tak tergoyahkan. Kunci dari sukses mengakhiri dengan baik adalah menjalani hidup dalam takut akan Tuhan, hidup dalam kebenaran dan kesetiaan. Jika ada orang yang mengawali sesuatu dengan baik tetapi tidak mengakhiri dengan baik disebabkan karena tidak menjalaninya dalam terang kebenaran dan kesetiaan.

Baru-baru ini saya menyaksikan seseorang yang saya anggap sebagai orang tua karena sering mendapat nasehat darinya, meninggal dunia. Ia meninggalkan isteri, anak-anak dan cucu-cucunya, ia telah menjalani hidupnya dalam terang firman Tuhan, ikut melayani di gereja dan mengorbankan banyak hartanya bagi pelayanan. Suatu teladan hidup bagi keluarganya dan juga bagi jemaat, baik dalam menjalani hidupnya, rumah tangganya, dan pelayanannya. Ia telah mengakhiri hidupnya dalam kebenaran dan kesetiaan, hubungan pernikahannya berakhir sesuai dengan janji setia kepada isterinya saat menikah, sampai maut memisahkan. Ia meninggal dalam masa tugas pelayanan yang sedang berlangsung. Di satu sisi saya sedih kehilangan, namun disisi lain begitu menginspirasi untuk hal yang baik. Memelihara iman berarti menggunakan kesempatan yang Tuhan beri untuk hidup sesuai kebenaran dan kestiaan, serta melakukan segala sesuatu bagi kemuliaan Tuhan.

Ketiga, Paulus berkata "Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya" (ayat 8). Suatu keyakinan yang kokoh bahwa ia menerima segala sesuatu yang dijanjikan Tuhan bagi orang percaya. Hidup yang kekal dikaruniakan Tuhan kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, itu sudah pasti terjamin (lihat Yohanes 10:28). Selain itu ada mahkota kebenaran yang diyakini akan diperoleh sebagai anugerah tambahan karena telah hidup dalam kesetiaan pada kebenaran secara konsiten, sambil menantikan kedatangan Tuhan Yesus sebagai Hakim Adil.

Dalam Kitab Pengkhotbah 3:1-2  menjelaskan kepada kita bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu kelahiran dan ada waktu kematian, ada waktu untuk menanam dan ada waktu untuk mencabut yang ditanam.  Waktu akhir dari kehidupan kita merupakan rahasia Pemilik kehidupan, tidak seorangpun tahu kapan ajal tiba, namun pasti akan terjadi. Dalam Alkitab kata "waktu" diterjemahkan dari kata khronos (perjalanan waktu), kairos (moment atau kesempatan yang tidak pernah terulang), aion -- Ibrani olam (era). Ketiga bentuk waktu ini adalah waktunya Tuhan (history). Kita sedang hidup dan bergerak dalam kairos Tuhan, maka kita perlu mengisi hidup dan menggunakan kesempatan, serta memastikan bahwa kita mengakhiri kehidupan kita dengan baik -- finish well.  Pada waktu Hakim Adil datang, dalam buku catatan kehidupan kita segala sesuatu telah dicatat dan pada waktunya akan dibukakan (Wahyu 20:12). Mari kita mempersiapkan diri selagi ada kesempatan menuju akhir kehidupan kita masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline