Lihat ke Halaman Asli

Eliezer Mei Kriswanto

Penulis lepas (The Critical Voice, Eliezer Mei Kriswanto).

Berteopoetika dalam Puisi

Diperbarui: 3 Juli 2023   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dibalik temaram kalam, saat hening menghampiri, dengan ruangan yang penuh asap signature kini berubah seperti berada di khayangan, dengan suasana harmoni.

Datanglah seorang untuk ber teopoetika...

Mengatur kalam demi kalam seperti tukang sulap dengan trik,

Membentuk bait demi bait indah,

Tiap-tiap baitnya mengisyaratkan ada makna tersembunyi yang tergurat dalam hati, antara yang dicipta dengan pencipta.

Dalam suasana harmoni malam dengan keheningan dijalan sunyi yang dilukiskan dengan karikatur asap signature

Kini tibalah pada teopoetika...

Teopoetika menciptakan jalan merengkuh roh, melalui kalam demi kalam yang lembut nan sederhana.

Menapaki titian demi titian dalam kehidupan sekaligus menapaki titian merengkuh titian mistik, titian yang tidak banyak manusia tempuh, dijalan sunyi.

Ketika aku menempuh jalan sunyi untuk ber-teopoetika, ada kedamaian, ketenangan jiwa , dan kebaharuan terhadap konsep Sang Pencipta.

Karena ber teopoetika menciptakan ulang konsep Sang Pencipta dalam konsep yang selalu berprogres, nan memiliki kebaharuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline