Lihat ke Halaman Asli

Elida Sari

Elida Sari

Normalisasi Penggunaan Bahasa Kasar dan Tabu

Diperbarui: 15 Desember 2022   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kamis, 15/12/2022

Bahasa bermakna kasar dan tabu kini dianggap biasa digunakan dalam interaksi dengan sesama dan lingkungan sosial, terutama pada sosial media.

Bahasa merupakan bagian krusial dalam komunikasi manusia dengan sesamanya. Tanpa bahasa interaksi seseorang dengan orang lain atau lingkungannya akan terhambat. Keterhambatan dalam interaksi tentunya menjadi masalah fatal. Oleh karena itu, bahasa memegang peran penting interaksi komunikasi di masnyarakat.

Lalu, apakah penggunaan bahasa bermakna kasar dan tabu memudahkan interaksi?

Saat ini marak penggunaan bahasa kasar dan tabu dalam interaksi masnyarakat terutama pada interaksi di sosial media. Penggunaan bahasa kasar dan tabu tidak hanya digunakan dalam komunikasi personal saja, tetapi juga telah digunakan dalam interaksi publik. Penggunaan bahasa kasar dan tabu kini lebih bebas, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai interaksi publik. Seperti pada siaran langsung game, siaran langsung jualan, video pendek, dan berbagai jenis interaksi lainnya.

Sebenarnya mengapa bahasa kasar dan tabu kini marak digunakan? Apakah dengan menggunakan bahasa kasar dan tabu terkesan keren, trendi, atau gaul?

Jika dulu saat beriteraksi diruang publik dan berjualan atau menawarkan sesuatu pada masnyarakat luas kita diajarkan untuk menggunakan bahasa yang santun dan sopan. Kini lain cerita, baik streamer (orang yang melakukan streaming) atau publik tampaknya lebih nyaman menggunakan bahasa kasar dalam kegiatan interaksi. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya jumlah penonton pada live steaming yang dilakukan oleh streamer yang menggunakan bahasa kasar. Seolah menggunakan bahasa kasar dan tabu terkesan trendi, keren dan gaul.

Bahasa kasar yang digunakan tidak lagi sebatas anjing, babi, bangsat saja. Bahasa yang digunakan sudah memuat kata tabu seperti kata bermakna 'alat kelamin dan seks'. Kata kasar dan tabu yang sering dituturkan seperti kata "Kon***, Pepe*, Me**, Pan*ek, Jem**t, Tol**, nge*e, ngen**t, titit, lo*te, dan masih banyak lagi.  

Dari banyaknya interaksi yang menggunakan bahasa kasar dan tabu pada ruang publik. Memperlihatkan bahwa menggunkan bahasa yang terkesan kasar dan tabu menjadi sesuatu yang normal, yang bisa digunakan dalam interaksi tanpa perlu lagi memperhatikan konteks keakraban.

Menggunakan bahasa kasar dan tabu tampaknya kini lebih diminati masyarakat terutama di sosial media. Tingginya minat publik terhadap penggunaan bahasa kasar dan tabu juga mempengaruhi interaksi, yang mungkin dapat dianggap memudahkan dalam komunikasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline