Paus Fransiskus membuka kunjungannya ke Afrika Sub Sahara dengan memuji langkah berani Presiden Mozambik dan pemimpin oposisi menandatangani kesepakatan damai baru dan menyerukan rekonsiliasi, harapan dan pembangunan berkelanjutan sebagai "senjata Perdamaian" ke depan.
Ribuan warga Mozambik mengenakan baju bergambar Paus yang bertuliskan :Harapan, Perdamaian, Rekonsiliasi,"memenuhi jalanan Maputo, ibu kota Mozambik menyambut Paus Fransiskus dengan penuh antusias.
Jadwal kegiatan pertama Paus setibanya di Maputo adalah bertemu secara pribadi dengan Presiden Felipe Nyusi di Istana Kepresidenan. Setelahnya, Paus membawakan pidato di hadapan pejabat pemerintah dan menyalami pemimpin oposisi Ossufo Momade yang menandatangani kesepakatan damai bersama Presiden Nyusi bulan lalu.
"Keberanian membawa perdamaian," kata Paus kepada kedua pemimpin mengawali pidatonya.
Perang saudara yang berlangsung selama 15 tahun dan berakhir dengan dimulainya kesepakatan damai tahun 1992, diperkirakan 1 juta orang terbunuh dan melululantahkan negara bekas koloni Portugal itu. Kesepakatan damai permanen yang ditandatangani 1 Agustus 2019 lalu merupakan puncak dari negosiasi yang panjang untuk mengakhiri perang yang masih berlangsung secara sporadis selama 27 tahun.
Kunjungan Paus Fransiskus di Mozambik bertepatan dengan persiapan negara itu menuju Pemilu pada 15 Oktober 2019.Pemilu nasional Mozambik dipandang krusial karena hasil amandemen konstitusi terbaru Mozambik mengatur desentralisasi kewenangan, sehingga memungkinkan pejabat gubernur dipilih secara langsung, tidak lagi melalui penunjukan pemerintah pusat.
Ketika Presiden Nyusi menyalami Momade sebagai "Saudaraku", saat membuka pidatonya, Momade berdiri dan tepuk tangan pun membahana.
Sementara itu, Paus Fransiskus saat menyampaikan pidatonya memuji keberanian kedua pemimpin itu karena bisa mengesampingkan kepentingan pribadi dan kekerasan serta bersedia bekerjasama untuk kebaikan bersama.
"Kalian telah mengalami penderitaan, nestapa dan kemalangan, tapi kalian menolak untuk membiarkan hubungan antarmanusia dikuasai balas dendam dan tindakan represi, atau membiarkan kebencian dan kekerasan sebagai kata akhir," kata Paus.
"Semoga kalian tidak berhenti selama ada anak-anak dan kaum muda tanpa sekolah, keluarga-keluarga tanpa mempunyai tempat teduh, pengangguran, petani-petani tanpa tanah untuk menanam." seru Paus. Semua ini merupakan fondasi dari harapan ke depan, semua ini akan menjadi harkat dan martabat ke depan. Semua ini adalah alat perdamaian."
Myrta kaulard, Kepala Perwakilan PBB di Mozambik menyatakan kunjungan Paus tidak hanya mendorong perdamaian, tapi juga harapan bagi Pemilu dan perkembangan Mozambik ke depan.