Lihat ke Halaman Asli

Elias Sumardi Dabur

Profile Singkat

Cosmas Batubara, Teladan Hidup Paripurna

Diperbarui: 8 Agustus 2019   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Cosmas Batubara. Menyebut namanya, saya harus mengambil jeda menarik napas panjang. Sebab, mengenang beliau akan mengalir kisah hidup heroik, sikap hidup yang mengesankan, dan jejak kehidupan yang mengagumkan. Usianya yang panjang, pemberian diri bagi orang banyak sejak muda hingga usia lanjut beserta segala pencapaian-pencapaiannya membuat hidupnya menarik dijadikan sebagai teladan.

Kehidupan Cosmas sepertinya pemenuhan definisi sukses menurut Winston Churchill yang mengatakan: "Success is not final, failure is not fatal, It is the courage to continue that counts" (sukses bukan akhir segala-galanya, kegagalan bukan berarti bencana; tetapi keberanian untuk terus maju dalam hidup yang akan menentukan).

Keberanian untuk Terus Maju

Perjalanan hidup dan karir Cosmas, seperti deretan contoh sikap berani untuk maju itu, the courage to continue that counts. Sejak mahasiswa, ia bukan mahasiswa biasa. Ia aktif dalam gerakan mahasiswa. Ia menjadi Ketua Umum PMKRI Jakarta lalu menjadi Ketua Presidium Pengurus Pusat PMKRI. Pada masanya sebagai Ketua Umum PMKRI terjadi pergulatan ekonomi-politik yang mendorong mahasiswa pada masa itu membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang terkenal dengan Tiga Tuntutan Rakyat (TRITURA); 1) Bubarkan PKI, 2) Rombak Kabinet, 3) Turunkan Harga Barang. Perannya yang menonjol dalam pergolakan ekonomi-politik bangsa pada tahun 1965 sebagai Ketua Umum KAMI membuat nama PMKRI kemudian dijuluki sebagai organisasi yang "A small, but have a big influence, kecil tapi memiliki pengaruh besar" oleh sejarahwan, ahli terkemuka studi Asia Tenggara dari Amerika Serikat, George McTurnan Kahin, sebagaimana ditulis dalam bukunya: Nationalism and Revolution in Indonesia.

Usai menjadi aktivis mahasiswa, Cosmas menjadi anggota DPR dari Fraksi Karya Pembangunan (Golkar) 1967-1978, Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat (1978-1983), Menteri Negara Perumahan Rakyat (1983-1988), dan Menteri Tenaga Kerja (1988-1993).

Pada masa menjabat sebagai menteri perumahan, Cosmas merumuskan konsep pembangunan kota-kota baru di pinggiran Jakarta atau populer dengan istilah kota satelit di Depok, Bekasi, dan Tangerang. Selanjutnya, lahir dari konsep beliau rumah susun seperti Rusun Klender dan Tanah Abang dan Perumnas bekerjasama dengan BTN menyediakan kredit bagi masyarakat yang membeli rumah dengan cicilan tidak melebihi 20 persen. Ini yang menjadi cikal bakal Kredit Perumahan Rakyat (KPR).

Selesai menjabat menteri, Cosmas kembali ke kampus menjadi dosen tamu dan mengajar masalah perburuhan di Fisip UI. Beliau juga mengambil studi doktoral. Pada 2002, Cosmas lulus Cum Laude dan meraih gelar doktor di UI pada usia 64 tahun. Disertasinya tentang "Hubungan Industrial di Indonesia."

Di bidang pendidikan, Cosmas tercatat sebagai Ketua Yayasan PPM yang menaungi Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Wakil Ketua Yayasan Universitas Pancasila, Jakarta, Ketua Dewan Penyantun Yayasan Atmajaya, Jogjakarta, Ketua Pembina Yayasan STIE Triguna, Bogor, Ketua Pengurus Yayasan Santo Thomas yang menaungi Universitas Katolik Santo Thomas, Medan, dan sempat pula menjadi Rektor Podomoro University (2014).

Di bidang lain, Cosmas adalah Komisaris Independen sejumlah perusahaan properti, mulai dari Group Ciputra, Agung Podomoro Land, Intiland, Metropolitan Kencana, Komisaris Utama PT. Multi Bintang Indonesia, dan Direktur Utama PT Agung Podomoroland.

Kader Paripurna

Perjalanan hidup, karir dan karya Cosmas sebagaimana disebutkan di atas, dalam tilik sebagai kader merupakan contoh hidup kader sejati, kader paripurna, kader yang dalam rumusan Pater Beek, SJ adalah orang yang "bisa menggetarkan dunia"merombak keadaan masyarakat dengan kelompok kecil; menjadi tulang punggung masyarakat; atau menjadi inti dalam kehidupan masyarakat. Menjadi kader, tegasnya lebih lanjut, berarti menjadi suatu yang lain dari yang lain, keranjingan dalam menjalankan apa yang dipikirkan dalam batas-batas yang ditentukan moral dan etika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline