Lihat ke Halaman Asli

Generasi Millenial "Zaman Now" dan Siber

Diperbarui: 26 November 2017   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Gadget ,gadget dan gadget. Jadi apa generasi millenial tanpa gadget? Sebagian besar dari mereka merasa kesepian, kebingungan bahkan sampai merasa kesulitan. Separah itukah? Terkesan berlebihan namun pada kenyataannya memang seperti itu. Dengan gadget semua menjadi mudah. Kegiatan A sampai Z bisa dilakukan, dengan catatan harus ada koneksi internet! Koneksi internet lah yang akan menghubungkan semuanya. Dan inilah yang menjadi root cause nya.

Berdasarkan data Perserikatan Bangsa -- Bangsa, United Nations International Telecommunication Union (ITU) per 2016 hampir setengah populasi dunia (sekitar 3,1 miliar orang) menggunakan internet. Di Indonesia sendiri dari data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) 132,7 juta orang menggunakan Internet. Melebihi setengah jumlah penduduk Indonesia yaitu 256,2 juta orang. Dan faktanya dari 132,7 juta orang pengguna internet di Indonesia, generasi millenial lah user internet terbanyak nya. 

Disadari atau tidak, hal ini dapat menjadi ancaman yang berbahaya bagi bangsa dan negara. Mengingat generasi ini adalah generasi yang cepat menerima dan mengadopsi informasi yang tidak di imbangi dengan proses check and re-check. Terlebih lagi faktor psikis generasi millenial yang bisa dikatakan masih "labil". Seringkali setiap informasi diserap secara mentah -- mentah tanpa menganalisa kebenarannya. Semua ini tak akan menjadi masalah jika informasi nya benar, namun jika informasi nya merupakan berita hoax apa dampaknya? Banyak dan merugikan!

Ketika kita membaca berita atau menerima informasi, pemikiran kita akan otomatis menerima hal tersebut. Yang secara tidak langsung setuju dengan konten yang ada di dalamnya. Hal ini akan bebahaya jika apa yang kita terima adalah hal yang tidak benar. Akan ada banyak pihak yang dirugikan, terutama pihak yang terlibat didalamnya. Apalagi dewasa ini media banyak dijadikan senjata untuk menyudutkan suatu pihak baik individu, kelompok maupun golongan tertentu.

Disinilah kita generasi millenial perlu mengambil peran. Sebagai pengguna internet terbanyak, dimana karena internet lah dunia cyber ada kita haruslah berperilaku bijak. Pemikiran kita haruslah kritis ketika menyerap informasi. Mulailah untuk selalu membandingkan informasi -- informasi yang diterima. Jangan menelan informasi mentah -- mentah, atau hanya percaya pada informasi yang diterima dari satu pihak. Mengapa? Karena sudut pandang setiap orang berbeda -- beda dan nilai kebenaran suatu hal tidak bisa kita ambil hanya dari 1 sampel saja. Perlu lebih dari 2 sampel dengan hasil yang sama untuk kita memutuskan nilai kebenaran dari suatu hal.

Tetapi tidak berarti semua informasi yang ada di dunia cyber itu merupakan informasi hoax atau tidak benar. Tidak, tidak demikian. Dunia cyber tidak semuanya berdampak negatif, dunia cyber tidak semuanya berbahaya dan merugikan. Namun semua potensi itu memang benar adanya di dalam dunia cyber. Banyak kegiatan -- kegiatan positif lainnya yang ada di dalam dunia cyber. 

Banyak manfaat yang bisa kita gali dan ambil di dalam dunia cyber. Karena dunia cyber sendiri ibarat sebuah pisau. Pisau akan beguna untuk menghasilkan makanan yang enak jika digunakan oleh seorang koki, namun pisau bisa juga merenggut nyawa orang lain jika digunakan oleh seorang pembunuh. Jadi semua kembali kepada diri kita masing -- masing yang ingin menggunakan dunia cyber untuk apa. Untuk kebaikan, berkarya, berusaha, belajar, berdiskusi, mengadu domba, menimbulkan keributan, menciptakan teror, dll. Saya rasa kita semua sudah sama -- sama cerdas untuk bisa memilihnya untuk apa.

Lantas apa yang harus kita lakukan? Sebagai generasi muda yang dilabeli sebagai generasi millenial 'zaman now', sudah seharusnya kita mengerti tugas pokok dan fungsi generasi muda itu sendiri. Jangan karena terlalu banyak menggunakan gadget dan hidup di dalam dunia cyber membuat kita lupa tugas pokok dan fungsi kita. Dewasa ini kebanyakan dari kita menunduk bukan karena segan dan berperilaku sopan, namun karena fokus pada tautan di layar gadget pada genggaman. Komunikasi dengan rekan kini bukan lagi dengan lisan dan tatap muka, tetapi dengan social media. Social media dan anak muda memang dua komponen yang tak terpisahkan. 

Ada istilah "dunia cyber menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh" . Memang dengan gadget kita diberi kemudahan dalam hal akses untuk mendapatkan informasi dan komunikasi. Kita bisa terhubung dengan rekan baik lintas daerah maupun lintas negara. Inilah makna dari mendekatkan yang jauh. Namun disisi lain banyak fenomena di masyarakat dimana kita lebih asik dengan gadget ketimbang berdiskusi dengan orang -- orang di sekitar. Banyak juga didapati ketika ada acara kumpul dengan rekan tetapi orang -- orang lebih asyik dengan gadget nya. Inilah makna dari menjauhkan yang dekat.

Kembali lagi ke awal, apa yang harus kita lakukan sebagai generasi millenial 'zaman now' adalah bersikap bijak ketika sedang berada di dalam dunia cyber, terutama dalam penggunaan media sosial. Jangan sampai karena media sosial nilai -- nilai norma perilaku generasi muda Indonesia rusak karena banyak megadopsi budaya lain dan melupakan budaya Indonesia sendiri. 

Kita harus selalu bersikap kritis dalam menyerap informasi. Jangan sampai diri kita di butakan oleh informasi palsu yang membuat kita menyudutkan suatu pihak tertentu. Sebagai sesama generasi millenial 'zaman now' ayo kita menjalankan apa yang seharusnya kita lakukan dalam penggunaan media sosial dan penyerapan informasi dari dunia cyber!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline