Lihat ke Halaman Asli

Doa Seorang PELACUR

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13025637671965611083

Malam menjelang shubuh..... Semilir angin menerpa tubuh, menelusuk tulang... Dingiiiinnnnnn..... Isak tangis seorang wanita paruh baya dari balik bilik kayu, tempat dimana ia bekerja "Yaa Tuhan,......huk..huk....huuuksss Aku, seorang wanita yang bekerja di malam hari... Ketika yang lain tertidur lelap Aku berkeringat bekerja.....menikmati kerja... Aku,.....menikmati kerja...menikmati kerja [caption id="attachment_100176" align="aligncenter" width="300" caption="merenung (photo dari nenggelisfansori.wordpress.com)"][/caption] Yaa Tuhan.... Setiap usai melakukan pekerjaan ini, sering aku menangis dan menyesal Namun, lebih sering aku melupakan penyesalan itu dan melakukannya kembali... . Tuhan..... Awalnya terpaksa melakukan semua ini, karena keterpaksaan.... Karena desakan ekonomi....karena kebutuhan keluarga.... Aku sudah berjanji, hanya satu kali saja... Tapi Tuhan, ketika aku mencari pekerjaan lain...huks..hukss Semua mata memandang curiga...mencemooh... Aku tak sanggup Tuhan...tak sanggup menahan malu, marah dan emosi... Aku kembali ke 'dunia ini'... 'dunia' yang menerimaku dengan senyum...bahkan dengan tertawa... . Yaa Tuhan...huks..hukss Banyak teman-temanku bernasib seperti aku... Ingin taubat, ingin insyaf...ingin kembali..... Namun, terlalu sulit untuk melakukannya.... 'dunia ini' begitu kuat mencengkeram.... 'dunia luar' sana tidak siap menerima kami... Mata, hidung, telinga dan mulut di 'dunia luar' sana seolah berdengung, berkicau dan memasang telinga lebar tentang kami....mencari kesalahan kami dan....merendahkan kami... Tak semua memang....banyak juga mereka di 'dunia luar' yang menerima kami dengan tangan terbuka dan member 'rumah baru'untuk kami..... Namun Tuhan, yang menolak kami jauh jauh lebih banyak lagi... Huks...huks...hukss.. Tuhan, anak-anak kami butuh makan, butuh sekolah, butuh bekal... Huks...aku tahu Tuhan.... Hampir setiap saat, hampir setiap jengkal langkahku penuh dosa... Aku berkeringat karena peluh 'itu' Uangku juang uang 'itu' . ..huk...hukkss...yang paling membuat aku sedih Tuhan...... Aku selalu bilang kepada anak-anakku, bahwa ini Rezeki dari MU.... Dan aku selalu meminta doa dari anak-anakku....untuk pekerjaanku... Pekerjaan yang tidak pernah mereka ketahui... Tuhan, ....huks..huksss Betapa setiap kata-kata untuk anak-anakku nyaris selalu berisi 'kebalikan' Aku katakan bekerja di Restoran malam...padahal...'melayani malam' Aku katakana bahwa ini halal untuk kalian...padahal...huks...huks... Tuhan....huks..huks Mengapa aku seperti ini... Bekerja di bilik pinggir rel kerata api..... Mencari makan dan rejeki keluarga..... Mengapa aku tidak menjadi pelacur politik saja seperti yang ada di Tipi... Mereka terhormat dan berjas, berdasi... Atau jadikan aku menjadi pelacur kehormatan bangsa...pelacur kekuasaan Palacur perusahaan besar....pelacur.....huks...huks... Mereka pelacur yang menjadi nara sumber, Tuhan....pelacur yang tertawa sumringah di layar kaca..... Tuhan....huks....huks... Aku ingin sekali bertaubat...menyesali dengan ribuan air mata.... Ingin sekali Tuhan... Namun, jutaan godaan tak mampu aku tolak... Namun, mudahnya mencari uang di bilik pinggir rel kereta ini membuat aku agak sungkan mencari pekerjaan lain Namun, emohnya 'dunia' luar menerima aku membuat aku lebih suka kembali kesini... . Tuhan....huks...huks... Angkatlah aku kedunia lain..yang sehat dan mau menerima aku.... Tuhan....aku mohon dengan sangat...biarkanlah anak-anakku tidak mengerti dan tidak tahu Siapa sebenarnya aku.....agar mereka giat belajar .... Agar mereka tidak seperti ibunya......" Huks...huks..... Beberapa kepala mendekatkan diri ke bilik tersebut... Mereka ikut melinangkan air mata Tertusuk dengan kata-katanya Tapi...mereka juga tak mampu berbuat apa-apa.... Tak berbuat apa-apa . Salam cinta dan ukhuwah --elha / KLINIK CINTA--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline