55% (lima puluh lima prosen) Pendapatan Perkapita dan Pendapatan Nasional Indoneisa di sumbangkan oleh sektor UMKM
[caption id="attachment_87960" align="aligncenter" width="300" caption="Aldy, pemilik usaha katering & percetakan (elha.doc)"][/caption]
---oooOooo---
UMKM tentu bukan kata yang asing ditelinga kita. UMKM merupakan salah satu barometer perekonomian nasional. Pengusaha kecil, wiraswastawan, wirausahawan serta pedagang-pedagang kecil masuk dalam kelompok ini. Ketika krisis ekonomi meluluh-lantakan ekonomi Indonesia pada tahun 1997 -1998, banyak pengusaha besar -tak terkecuali para konglomerat-- yang gulung tikar. Sebagian pengusaha menengah juga kolaps. Bahkan sektor perbankan yang menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi nasional turut 'ambruk', khususnya bank-bank swasta nasional kecil yang berelaborasi dengan group usahanya. Bagaimana dengan UMKM? UMKM, khususnya Usaha Kecil dan Mikro tetap bertahan hidup. Bahkan diantarnya mampu menembus pasar yang selama ini 'dikuasai' kalangan atas. Konon kabarnya di salah satu wilayah di Timur Indonesia, pelaku UKM melemparkan 'joke' seandainya Indonesia teus berada dalam suasana krisis........ Tahun 2009 - 2010, saat dunia dihebohkan oleh resesi ekonomi yang bermula dari 'krisis mortgage' di Amerika, Indonesia terkena imbasnya. Krisis keuangan yang bermula dari 'batuknya' pasar saham di Negeri Uncle Sam, dalam waktu cepat menggoyang ekonomi dunia. Bursa saham rontok. Bursa Efek Indonesia, BEI-pun melakukan suspend perdagangan setelah menyaksikan terjungkalnya harga saham hingga menurunkan point Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 10%. Sektor Perbankan lagi-lagi menjadi korban. Sektor yang menjadi penyalur, perantara serta receiver dana pembangunan ini ikut terpuruk bersama sektor lainnya seperti pertanian, pertambangan, perindustrian dan telekomunikasi. Bagaimana dengan UMKM? Sektor ini, khususnya Mikro dan usaha Kecil kembali mendemonstrasikan eksistensinya. Usaha Kecil dan Mikro mampu bertahan hidup dan nyaris tak terpengaruh oleh dampak krisis ekonomi dunia. Termasuk ketika nilai rupiah (Rp) anjlok ke posisi Rp. 11.000/ USD 1. Keunggulan UKM Pemerintah seolah tak berkedip melihat dengan nyata bahwa sektor yang selama ini menjadi 'anak kedua' dari tulang punggung ekonomi Indonesia mampu betahan dan berkembang diterpa badai krisis. Hatta krisis ekonomi yang mendunia (meski belum menjadi malaise) yang meluluhkan pasar ekonomi negara adidaya. Banyak pengamat dan praktisi yang meneliti serta menteorikan bahwa keberhasilan Usaha Kecil dan Mikro yang terus bertahan dan berkembang antara lain dikarenakan :
- Pengusaha dan pengelola yang bergerak di bidang ini sebagian besar tidak memiliki hutang perbankan.
- Sektor Usaha Kecil dan Menengah tak memiliki tanggungan hutang Luar Negeri
- UMKM dapat dipastikan tidak melakukan transaksi via Bills Payment yang menggunakan kontrak kerja dan Letter of Credits, kecuali sedikit.
- Tidak menggunakan Mata Uang Asing sebagai alat pembayaran, baik sebagai Bank Notes ataupun Payment, kecuali sedikit. [caption id="attachment_87962" align="alignright" width="300" caption="Bubur Mang Toha di Cirebon, mampu bertahan dari terjangan krisis (elha.doc)"]
[/caption]
(berdasarkan data, hanya 8,8 % UKM yang berhubungan langsung dengan pihak LN, atau dapat dikatakan hanya 8,8% yang menggunakan perantara Valas atau LC) Efeknya, seburuk apapun kinerja Bank di Indonesia dan sebesar apapun kondisi keuangan yang melanda sektor perbankan, Usaha Kecil dan Menengah tak terkena imbasnya. Bahkan negara sekelas Amerika jatuh karena hantaman Loan Performing dan Motgage yang berimbas pada Perbankan dan Bursa Dunia, sektor ini juga tak terjebak dalam lingkup krisis tersebut. Keunggulan dan kekuatan daya hidup UMKM inilah yang kemudian mampu membuka mata dunia, khususnya Indonesia untuk menjadikannya sebagai PRIMADONA baru dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data yang dilansir dari Departemen Koperasi dan UKM dapat diketahui bahwa jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada tahun 2008 sebesar 51,26 juta unit, atau meningkat 1,44 juta dibandingkan dengan tahun 2007 yang baru mencapai angka 49,82 juta unit Dari angka tersebut, 99% adalah usaha mikro, yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih s.d Rp. 50 juta dan memiliki nilai penjualan s.d Rp. 300 juta/tahun. Artinya dari 51,26 juta unit UMKM, sebanyak 50,75 juta unit adalah usaha mikro. Data terbaru dari Kamar Dagang & Industri Indonesia (Kadin), UMKM mampu menyumbangkan 53% dari Produk Domestik Buro (PDB) tahun 2009. Mengalahkan usaha besar dan asing yang ada di Indonesia....Bukankah PDB melibatkan usaha Asing...?? Data ini menunjukkan betapa sector informasi cukup mendominasi mata pencaharian penduduk Indonesia. Bila dirata-ratakan setiap unit usaha mikro (diluar usaha kecil dan menengah) dikelola oleh dua orang, maka jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya pada usaha ini mencapai angka 101,5 juta jiwa. Belum terhitung anak dan atau anggota keluarga yang menjadi salah satu konsideran dari usaha ini. Bagaimana dengan usaha kecil dan menengahnya? Dari data yang sama dapat ditrasir bahwa usaha kecil, yang memiliki kekayaan bersih antara Rp. 50 juta s.d Rp. 500 juta dan dengan nilai penjualan berkisar antara Rp. 300 juta s.d Rp. 2,5 milyar/tahun mencapai angka 520 ribu unit. Sedangkan usaha menengah mencapai angka 40 ribu unit. (kategori usaha menengah adalah usaha yang memiliki nilai kekayaan bersih antara Rp. 500 juta hingga Rp. 10 milyar dan dengan penjualan > Rp. 2,5 milyar s,d Rp. 50 milyar / tahun) Artinya, meski UMKM Indonesia terbilang besar, namun omzet penjualannya masih relatif kecil, atau dapat dibilang unit usahanya adalah usaha yang kecil-kecil. Pendapatan Perkapita Dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008, sektor UMKM mencapai angka Rp 2.609 trilun, di mana sebesar Rp 1.505 triliun di antaranya disumbangkan oleh unit-unit usaha mikro. Artinya Usaha Kecil dan Menengah hanya menyumbangkan sebesar Rp. Rp. 1.104 trilyun saja. Sementara bila dibandingkan dengan usaha besar pada PDB tahun yang sama, sektor UMKM memiliki nilai 125% atau 55% dari seluruh PDB pada periode tersebut. Dapat dibayangkan, 55% Pendapatan perkapita atau pendapatan nasional Indonesia disumbangkan oleh UMKM. Sangat beralasan bila sektor ini kemudian menjadi primadona untuk menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia. [caption id="attachment_87963" align="alignleft" width="300" caption="Mampu menciptakan peluang (photo peluangusaha-oke.com)"]
[/caption] Data terbaru dari Kamar Dagang & Industri Indonesia (Kadin), UMKM mampu menyumbangkan 53% dari Produk Domestik Buro (PDB) tahun 2009. Mengalahkan usaha besar dan asing yang ada di Indonesia....Bukankah PDB melibatkan usaha Asing...?? Bagaimana dengan prospek pertumbuhan UMKM di Indonesia? Meski mendominasi ekonomi Indonesia, employee yang bergerak dalam bidang ini sangat minim pengetahuan, informasi dan teknologi, sehingga pergerakan kemajuannya realtif tidak terlalu tinggi. Menurut salah seorang Branch Manager Usaha Mikro pada salah satu Bank Terbesar di Tanah Air, sangat sedikit pengelola Usaha Mikro yang mengerti Teknologi Internet. Apalagi untuk usaha yang menjual produk makanan rumahan seperti Gado-gado, ketoprak, Nasi Uduk dan lain-lain. Tidak ada jalan lain untuk menumbuhkan ekonomi UMKM (baca Mikro) berikut pengelolanya, selain meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan informasi, jaring komunitas dan penyuluhan terpadu. Termasuk sosialisasi teknologi seperti internet, email dan sarana komunikasi lainnya Note : Mhn maaf karena kesulitan jaringan dan teknis lainnya, artikel ini belum sempat kami share via FB atau Twitter. btw, klo ada yg mo share, spt biasa ane persilakan. thx y . Salam ekonomi Indonesia elha / pengamat ekonomi pinggiran financial planner www.jangankedip.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H