Kita harus obyektif bahwa permainan Timnas jauh dibawah performa terbaiknya. Namun gangguan konsentrasi yang dilakukan secara terus menerus bisa jadi menjadi penyebab terbesar turunnya Performa Tim Garuda tsb.
[caption id="attachment_80222" align="aligncenter" width="300" caption="Timnas Garuda (photo from google)"][/caption]
---oooOooo---
Beberapa hari menjelang pertandingan Leg 1 Final Piala AFF di Stadion Bukit Jalil Malaysia, 'aroma panas' memang sudah terasa, baik melalui pernyataan-pernyataan pelatih & official kedua tim maupun komentar supoter kedua kubu. Tak terkecuali dalam maya seperti facebook dan twitter. Dalam sebuah liputan khusus di salah satu TV swasta nasional, seorang pembawa acara yang melaporkan langsung dari Kuala Lumpur mengatakan bahwa Pelatih Malaysia Rajaghopal ketika ditanyakan megenai strategi timnya menghadapi Indonesia menjawab secara 'guyon' bahwa dia akan tidur dahulu baru bisa menentukan strategi tsb. Sementara Alfred Ridl dalam salah satu kesempatan juga sempat berujar bahwa lawan terberat yang pernah dihadapi Indonesia adalah Philipina. Dengan kata lain Malaysia, yang pernah dipermalukan 5-1 di Gelora Bung Karno pada babak penyisihan, bukanlah lawan yang perlu ditakuti. Realita sesungguhnya ada di stadion Bukit Jalil, 26 Desember 2010. Tim Garuda yang gagah perkasa dan meraih hasil fenomenal di Jakarta kalah telak 3 - 0 oleh Safee dkk. Terlihat jelas bagaimana begitunya mudahnya tim Harimau Malaysia melesakkan si kulit bundar ke jala Markus Haris Maulana. Permainan Indonesia seperti 'mati gaya'. Operan - operan pendek yang cantik khas Firman Utina dkk sama sekali tak terlihat. Maman Abdurrahman dkk seperti pemain yang demam panggung, banyak kehilangan bola dan tidak taktis. Sungguh suatuhal yang patut dipertanyakan mengingat mereka adalah para pemain professional yang terbiasa bermain di bawah tekanan. Apalagi penonton di Indonesia dikenal 'cukup galak' terhadap pemain dan tim yang bermain buruk. Sebenarnya determinasi pressure Timnas Malaysia terhadap Tim Merah Putih hanya pada 20 menit babak pertama saja. Setelah itu permainan relative lebih berimbang dan saling menekan. Namun gangguan konsentrasi yang dilakukan terhadap Oktovianus dkk cenderung membuyarkan semuanya. Kita bisa melihat bagaimana Firman Utina tersorot sinar laser di matanya ketika akan mengambil tendangan penjuru di wilayah perrtahanan Malaysia. Bahkan Markus Horison beberapa melakukan protes kepada wasit atas tindakan ini yang 'sangat mengganggu' konsentrasinya menjaga gawang. Klimaks dari protes itu adalah keluarnya skuad Indonesia dari lapangan pertandingan. Baru setelah dibujuk pelatih dan official, tim Garuda mau bermain kembali. Sayangnya, mereka sudah tidak 100% enjoy sehingga permainannya pun cenderung tak tertata dengan baik. Analisa obyektif. Kita harus obyektif bahwa permainan Timnas jauh dibawah performa terbaiknya. Namun gangguan konsentrasi yang dilakukan secara terus menerus bisa jadi menjadi penyebab terbesar turunnya Performa Tim Garuda tsb. [caption id="attachment_80223" align="aligncenter" width="300" caption="Indonesia - Malaysia di Jakarta (photo from google)"]
[/caption] Konon kabarnya apa yang dialami Indonesia juga dialami juga sebelumnya oleh Tim Vietnam. Mereka merasa terganggu oleh caha sinar laser. Bagaimana peraturan FIFA mengenai sinar laser dan gangguan lain yang dapat membuyarkan konsentrasi permainan lawan tim lawan, terutama bila dilakukan secara terkelola...??? Kita masih ingat kasus sinar laser yang juga menimpa Timnas Vietnam di stadion yang sama tgl. 15/12/2010 yang lalu. Federasi Sepakbola Vietnam (VFF) mengajukan banding kepada federasi sepakbola ASEA (AFF) mengenai perbuatan tersebut, meski tak bisa mengibah hasil pertandingan. Bahkan media massa Vietnam ietnam menganggap suporter Malaysia telah berlaku tidak sportif dan menghalalkan segala cara agar bisa melihat tim kesayangannya meraih kemenangan atas tim besutan Henrique Calisto itu. ( sumber : http://www.tribunnews.com/2010/12/16/timnas-vietnam-kalah-karena-sinar-laser) Teror sinar laser juga pernah menimpa Jose Mourinho, pelatih Real Madrid. Peristiwa itu terjadi saat laga antara AC Milan melawan Real Madrid di Stadion San Siro, Milan, Italia. Ulah penonton ini memang cukup menyita perhatian. Pada Maret 2008, Asosiasi Sepakbola Eropa (UEFA) pernah menjatuhkan sanksi denda sebesar 3.675 euro atau sekitar Rp 46 juta kepada tim Lyon. Hukuman itu akibat ulah pendukung tim Lyon yang sengaja menyorot laser ke arah Cristian Ronaldo saat berlaga di Nou Camp, Spanyol. Serangan sinar laser memang tidak melukai para pemain sepakbola, namun cahayanya sangat menggangu konsentrasi pemain. Karena itu teror sinar laser dianggap sebagai tindakan yang mencederai semangat sportivitas dalam olahraga.( sumber : http://bola.liputan6.com/international/201012/313177/Sinar.Laser.yang.Mencederai.Sportivitas [caption id="attachment_80548" align="alignright" width="300" caption="Ronaldo n Mourinho pun tak luput dari teror sinar laser (photo : www.liputan6.com)"]
[/caption] Pada pertandingan Argentina melawan Nigeria, Sabtu (12/6) kemarin? Laser itu muncul pada saat Lioel Messi mau mengambil tendagan bebas pada pertengahan babak kedua. Perlu dicatat, keberadaan sinar laser berwarna hijau itu merupakan suatu yang illegal. FIFA dengan tegas menyatakan akan segera menindaklanjuti keberadaan sinar laser tersebut. FIFA juga sudah meminta petugas keamanan stadion Ellis Park untuk menginvestigasinya. (sumber : http://www.lintasberita.com/go/1130169 Lalu, apakah kita masih menganggap sorotan sinar laser tak berbahaya atau setidaknya 'hanya' alasan yang dicari-cari oleh Firman Utina dkk? Dalam pertandingan tanggal 26/12/2010 malam, permainan Tim Harimau Malaya memang menakjubkan. Mereka lebih percaya diri. Tim Garuda Merah Putih hanya mampu mengimbangi dalam kisaran 60 - 70% saja. artinya secara obyektif kita harus akui bila pada pertandingan Safee Sali dkk pantas menang, meski hanya dengan skor tipis 1-0. Namun lagi-lagi ulah tak simpatik supporter Malaysia mengotori semuanya. Tak kurang Presiden Sby pun menugasi Menpora untuk menindak lanjuti masalah ini. Yang tak kalah penting bagi Menpora adalah memelihara Timnas dari politisasi pihak - pihak tertentu yang tak berhubungan langsung dengan sepakbola. Tak terkecuali undangan seminar non sepakbola, acara televisi, wawancara selebritis, doa bersama dll. Biarkan Timnas Garuda mengepakkas sayapnya secara alami di habitatnya. salam cinta dan ukhuwah --elha--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H