Lihat ke Halaman Asli

Aku Berselingkuh dengan Ayahku Sendiri

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dag dig dug detak jantungku berdegup kencang. Kedua tanganku gemetar. Tak seperti biasanya, kali ini ku tak sabar menunggu orang yang akan memberikan kepuasan kepadaku…..

---oooOooo---

Dian, 24, adalah mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Gadis yang belum ini merajut mahligai rumah tangga dengan Sony, teman kampusnya, merupakan ‘kembang gula’ di kelompoknya. Ya….mereka menamakan diri sebagai The Flying Girls.Komunitas mahasiswi yang mempunyai pengaruh cukup besar dilingkungan kampus. Konon kabarnya, mereka juga dekat dengan kalangan dosen. Wowww. Jadi jangan heran kalau nilai mereka ’lumayan oke’, meskipun jarang mengikuti mata kuliah. Aneh ya...

Bagi Dian, status pernikahan bukanlah suatu halangan untuk melanjutkan pendidikan, bergaul dan bersosialisasi serta menikmati indahnya suasana malam. Apalagi mereka belum dibebani’momongan’. Benar sekali, mereka untuk saat ini mereka menggangap momongan sebagai beban yang harus dijauhi.

“Rick…gimana hasil hunting loe kamaren. Dapet gak ‘donat bule’..?” tanya Endah kepada Erick yang baru aja tiba

”..Dapet seeh Ndah...tapi ngepel banget ama uangnya. Gue cuman dikasih buat ongkos doang....padahal gue udah kasih dia tiga ronde...” jawab Erick kesal

”...Hahahahahah...” tawa mereka serempak

”..Makanya Rick, kalo ngoboy liat-liat dulu. Masak kerja lembur cuman dapet setoran ½ rit. Rugi dong bandar...” ejek Dian sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya...

”..hahahhahaha...”

”...Ngomong-ngomong, cewek loe tahu gak Rick....?” canda Mirna

”..Enggak lagi. Susi lagi pulang kampung. Neneknya meninggal....”

”Loh kok loe gak nganterin dia ke Bandung...?” tanya Mirna heran

”..Gue lagi cari duit buat hunting si Lina besok...” jawab Erick enteng

”...hahahaha...Susi kan cuman ban serep gue doang, selama Lina belon gue dapetin...”

”...hahahahaha...Loe kelewatan Rick. Nyakitin perasaan cewek.” ejek Dian Ketus

”..hahhaha...” Erick tertawa lagi

”...Gue masih mending. Nah loe, udah merit ama Sony, masih aja nongkrong di Cafe Gaul. Minum ‘slesep’ lagi….” Jawab Erick. Matanya kesana-kemari, memperhatikan setiap sudut Café Gaul yang berlokasi tak jauh dari kampus

“…..” Dian terdiam. Ada perasaan nyeri dan perih ketika ucapan Erick berakhir.

---oooOooo---

Gerak jarum jam di tangan Dian sudah hampir menunjukan 12 malam. Berarti Dian masih harus menunggu 1 jam lagi. Sudah bosan rasanya Dian mondar mandir mengelilingi sudut kamar motel di tepi jalan arteri itu. Sementara acara TV sudah tidak menarik minatnya lagi.

”Huuhhhh..kenapa sih harus ngeduluin rapat” gerutu Dian.

Tangan kanannya dikepal dan di pukul pukulkan ke pahanya. Giginya bergemeretak menahan geram. Di longok keluar, suasana sudah sepi. Hanya lalu lalang beberapa kendaraan dengan laju cepat. Tidak ada pengguna jalan lain selain kendaraan bermotor.

”..Dian, loe mau gak. Neeh ada Excecutif Baya yang ngajak ‘chatting’. Entar ketemu di motel rindu, deket arteri...” celetuk Mirna

“...Yeee..emang loe mau kemana...”

”...Gue mau ngejamu Bang Andri di Missippi Hotel. Atao Loe aja yang nemuin Bang Andri, Gue yang ‘chatting’ ama Excecutif Baya itu….?” Tanya Mirna lag

“...Engak..gak..gak mau gue ama Bang Andri. Orangnya kasar....lagian gue kan kembang, jadi gue kudu milih dong.hahahahah...”

Semua ikut tertawa.....

“...Huuhhhh..tahu gitu gue kasih di Lena aja tadi....”

“...Tapi.....ehmmmm..”

Dian mulai membayangkan wajah excecutif baya itu yang mengaku bernama Johny. Dari cerita singkat via sms dia berpenampilan rapih, bersih, berkulit putih halus, berbadan atletis dan...dapat menikmati layanan extra. Kecemasan dan kegalauannya mulai terkikis.

Seolah terpampang wajah tampan, soerang Johny, di pelupuk mata Dian.”..Haiiiii...”..ah, hati Dian berdegup kencang....dag dig dug der...rasanya ingin meraih penampakan wajah itu.

Sesekali tangan Dian bermain di kedua pipinya, seolah ada kenikmatan tersendiri disana. ‘Ooom.’ serunya manja. ‘Om aslinya dari mana seeh...kok mirip artis bule ya’. Ehmmm, Dian menyeringai sendiri. Senyum semakin merekah sehingga tampak deretan giginya yang putih dan rapih...

Dian terus membayangkan wajah asri Johny. Sepertinya Johny jauh lebih baik ketimbang Sony, pikirnya dalam hati. Dian mulai membandingkan sosok Johny dengan Sony, Teman kampus yang menikahinya demi untuk menutupi aib keluarganya.

Kalau memang Johny mau menikahiku, ku rela melepas Sony, mahasiswa yang bekerja paruh sejak menikah dengan Dian. Bathin Dian, membaca sms Johny yang terakhir.

Tet tet tet...ada sms masuk ada sms masuk, rbt sms HP Dian berbunyi. Rbt yang menirukan suara anak kecil yg lucu dan cadel. Segera Dian membuka HP dan....

--Yang, aku otw, kira-kira 15 menit lagi aku sudah ada dalam hatimu...johny--

“..Aaahhh, dia mau datang...” seru Dian

“..Duuuh, rasanya deg deg degan, pasti wajahnya ganteng...dan...dan..hahaha, dompet yang tebal....dan..kenikmatan...menikah..menikah...”

“..Ahhhh, aku harus siap-siap dulu...”

Dia segera berlari ke shower. Membasuh tubuhnya dengan air hangat dan menyikat gigi dan menggunakan body lotion yang semerbak....

Tak lupa, dia juga menuangkan aroma balinesse untuk menambah daya ‘sengat’ dikulitnya.

Jarum jam tepat menunjukkan waktu pk. 01.00 dini hari....waktu yang sunyi dan hawa yang sukup membuat kuduk bergidik. Dingin dan dingin.

Ah, aku harus membuat kejutan untuk Om Johny. Ku harus bisa menarik hatinya, memenangkan dirinya dan...menikahiku. Duh indahnya

Dian lalu meloloskan seluruh pakaian yang melekat ditubuhnya. Dibiarkan satu-satu persatu pakaian itu tergeletak dari dari pintu kamar hingga tempat tidur. Direbahkan tubuhnya yang tanpa busana, tanpa selimut, sambil menunggu Johny, sang pujaan datang membelai.

Pintu kamar sengaja tak dikunci agar sang pangeran dapat datang dengan mudah dan menikmati kejutannya. Kejutan yang tak pernah disangka-sangka olehnya.

Rreeeeettttt...

Pintu kamar terbuka perlahan. Ayunan langkah kaki sedikit demi sedikit menghampiri peraduan Dian. Degup jantung Dian semakin kencang...mau rasanya segera membalikkan badan dan memeluk Johny. Namun keinginannya untuk memberikan kejutan dasyat terlalu kuat, sehingga ia bertahan untuk tetap membelakangi arah langkah kaki.

”Dian, kaukah itu....” terdengar suara agak parau

”...ahhhh...”

”Dian, kau kah. Mengapa lampu kamu matikan..”

”..eehmmmm...”

Johny menyalahkan lampu, dan....”Ahhhh”

Johny terkejut melihat suasana berantai pakaian Dian yang tersusun dari pintu kamar hingga tempat sleeping bed. Terlebih tubuh yang tanpa selembar benangpun, terlihat indah diperaduan.

”..Dian....... ” tangan Johny meraih pundak Dian, membalikkannya dan.......

”Hahhhhhhhh,,,.......”

”...Ayu....?” tanya Johny perlahan

Secepat kilat Dian bangkit dan berlari meninggalkan Johny yang masih terkesima. Tiba-tiba...

”Ayuuuuu...”Teriak Johny dan mengejar Dian

Dian terus berlari dan menghiraukan tubuhnya yang masih bebas tanpa busana. Dan tanpa disadarinya…

“Brakkkkk…” Tubuh Dan terpelanting ke pinggir jalan dan membentur aspal. Darah mengalir dari kepala kirinya. Sementara siku kiri, lutut dan punggung terluka luka. ..Dian tak sadarkan diri. Terlentang dipinggir jalan arteri yang sepi. Pengemudi yang menabrak .Dian melarikan diri.

“Ayu…..” Maafkan Papa Nak

Johny memangku Dian dan membawanya ke mobil.

Salam ukhuwah

elha/KLINIK CINTA

www.jangankedip.blogspot.com

catatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline