Lihat ke Halaman Asli

Elga Lutfiana Wanti

Puisi, Review, Cerpen dan Konten lainnya

Perempuan Lain di Kamar Asrama 14

Diperbarui: 10 Mei 2023   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Aku datang ke Kota ini untuk menimba ilmu, sebentar saja hanya 4 bulan. Aku datang ke kota yang bisa dibilang masih kental dengan hal-hal yang berbau gaib. Namun aku tak begitu mengambil pusing karena tujuanku datang hanyalah untuk mencari ilmu dan memperluas pertemananku.

Ditempatkanlah aku disalah satu asrama milik perseorangan yang berkerja sama dengan lembaga tersebut. Asrama yang aku tempati nyaman, ada tempat mencuci dan menjemur yang terpisah, kamar mandinya banyak dan asrama menyediakan setrikaan dan ruang untuk setrika baju. Walau agak suram tapi aku tidak terlalu mengambil pusing. Banyak desas-desus kalau asrama yang kami tempati itu berhantu. Banyak cerita-cerita yang dibisikan dari mulut ke mulut sehingga kadang aku pun bingung mana kisah yang bisa aku percaya. Aku yang sering skeptis menganggap cerita-cerita itu adalah bualan belaka.

Sampai suatu saat, ketidakkeyakinanku sirna dalam semalam. Aku tak lagi meragukan keberadaan "mereka" di asrama yang diberi nomor 14 itu. Temanku yang sudah menempati asrama itu terlebih dahulu memang sudah memperingatiku, sekarang aku paham mengapa ia menyuruhku berhati-hati.

Sebelum masuk ke cerita inti dimana aku meyakini bahwa asrama itu berhantu, ada cerita kecil yang menggangguku tapi tak ingin aku akui. Pada waktu malam selepas jam 6 sore aku dan kawanku baru kembali dari mencari makan malam, aku berjalan menuju kamar kami di lantai dua, aku berjalan mengikuti temanku yang berjalan duluan kelantai atas sambil bercakap-cakap seperti biasa. Namun ia tak menanggapiku dan terus berjalan keatas lalu masuk ke kamar kami. Sesampainya aku di kamar, aku terkejut karena kamar kami kosong. Lalu aku mendengar langkah kaki dari arah tangga dan ternyata itu temanku yang tadi aku ikuti dibelakangnya. Ia berkata agak sebal "Kok ninggalin sih?". Aku bingung hendak merespon seperti apa karena tadi aku merasa bahwa aku membuntuti temanku ini dari belakang. Aku menyangkal hal itu sebagai hal gaib dan berpikir bahwa aku mungkin salah melihat atau berhalusinasi. Aku tidak menanggapi temanku ini dan beranjak ke kasur untuk merebahkan diri.

Setelah itu memang banyak kejanggalan-kejanggalan yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, masuk kecerita inti. Dimana aku dan teman sekamarku ini pergi ketempat yang berbeda, lalu aku sampai asrama terlebih dahulu daripada dia. Tapi aku menghabiskan waktu diruang tamu karena kamarku kosong, jujur saja waktu itu aku agak sedikit takut sendirian. Lalu aku mendapatkan telpon dari kawanku yang ternyata dia sudah berada di kamar kami, ia berseru. "Ge, kamu dimana?" lalu ada sahutan halus dibelakangnya mengatakan ulang perkataannya padaku tadi "Iya kamu dimana?". Saat itu aku berpikir bahwa itu adalah temannya yang sedang bercanda dengan aku. "Aku di ruang tamu, kamu dimana? di kamar?", lalu temanku itu menjawab dengan jelas "Iya lagi di kamar, aku sendiri nih cepat naik ya", sama dengan tadi ada sahutan halus mengulangi perkataan temanku itu "Iya nih sendiri hihi", suara perempuan itu tertawa lirih. Suaranya sudah tak bisa aku ingat tapi yang jelas suara perempuan itu lirih dan manis, seperti suara perempuan yang cantik rupanya. Aku bingung karena diseberang aku mendengar ada dua orang yang bercakap-cakap denganku di telepon tapi mengapa ia hanya mengaku kalau ia sendiri?

Aku bergegas keatas karena penasaran, ia membohongiku atau memang benar ia sendirian. Sesampainya diatas aku benar-benar kaget karena ia benar-benar sendiri. Temanku sebal karena aku membuatnya takut di telepon tadi karena terus menanyakan kalau ia benar-benar sendiri dan aku sempat bertanya "Itu siapa?". Aku mengajaknya kebawah karena aku takut untuk bercerita di kamar kami. Setelah aku menceritakan ceritanya, kami tidak berani naik keatas berduaan saja. Jadi kami menunggu teman sekamar kami yang lain pulang barulah kami naik.

selesai.

disclimer: cerita ini berdasarkan cerita pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline