Lihat ke Halaman Asli

Ef

Seni Meracik

Menanggapi Vaksin COVID-19 Sebagai Solusi Akhir Pandemi

Diperbarui: 21 Maret 2021   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polemik Covid-19 masih menjadi kendala dalam kehidupan masyarakat dunia. Di negara kita sudah satu tahun lebih virus corona ditemukan. Pemerintah telah melakukan beragam upaya untuk memutus rantai penyebaran hingga akhirnya saat ini vaksin dapat diproduksi oleh berbagai produsen farmasi dan telah beredar  di masyarakat. Tentunya solusi ini bukan hal yang mudah tidak sedikit pro dan kontra terhadap terlaksananya vaksinasi. Tanggapan  positif masyarakat dalam  penyelenggaraan  program vaksinasi yang dicanangkan oleh pemerintah dalam menaggulangi pandemi C0vid-19 adalah supaya  mengurangi dampak yang cukup merugikan. Dampaknya  satu tahun belakangan ini terjadi pada beberapa sektor, misalnya sosial, budaya, pariwisata dan ekonomi.  Vaksin dilihat sebagai sebuah titik terang untuk mengatasi pandemi agar aktivitas kembali  normal. Memperoleh kekebalan tubuh yang lebih spesifik, menjaga diri dari orang-orang di sekitar, dapat  menurunkan penyebaran virus (bukan mencegah penularan), adanya label sertifikat halal pada  produk vaksin, telah teruji klinis dan menciptakan rasa aman.  Antusiasme yang ditunjukan oleh berbagai kalangan masyarakat menunjukan rasa percayanya terhadap solusi pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona. Sosialisasi secara masif dan aktif tentunya diakukan demi terselenggaranya  program pemerintah, sehingga pandemi Covid-19 di Indonesia dapat teratasi. Namun tidak sedikit pula yang masih meragukan  efikasi dan keamanan vaksin yang beredar karena informasi simpang siur yang tersebar melalui sosial media. Selain itu ketakutan masyarakat muncul akibat adanya berita atau artikel negatif yang menyebabkan timbulnya ketidakpercayaan masyarakat pada kemanjuran vaksin. Adanya berita bahwa vaksin hanya mengandung vitamin C, merasa tidak perlu dan tidak menjamin terhindar dari resiko tertular virus corona, menyebabkan autistic, belum teruji klinis, memiliki efek samping untuk masa depan, tidak halal, menyebabkan cacat hingga menyebabkan kematian setelah divaksin. Untuk mengatasi tanggapan masyarakat yang beragam mari kita pelajari  bersama sebenarnya vaksin itu apa sih.  Mekanisme kerjanya bagaimana, mengapa kita perlu divaksin, siapa saja yang bisa divaksin, bagaimana pembuatan vaksin Covid-19 dan apa efek samping dari vaksin.

Pengertian Vaksin

Menurut Kemenkes RI (2014) vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah berupa toksin yang diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu. Seturut dengan itu pengertian vaksin menurut WHO (2020) adalah fragmen kecil yang dilemahkan dan tidak berbahaya dari organisme, termasuk bagian-bagian antigennya. Fragmen ini ada dalam jumlah yang cukup banyak sehingga tubuh kita dapat belajar membangun atau  membentuk antibodi khusus untuk organisme tersebut.
Menurut WHO (2021) dari beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
1. Vaksin yang hidup
    -Vaksin Polio Oral (OPV)
    -Campak
    -Rotavirus
    -Demam kuning (Yellow fever)
2. Yang sudah dimatikan (inactivated/killed antigen)
    -Whole-cell pertussis (vaksin pertusis utuh)
    - Inactivated Polio Virus (IPV)
3. Vaksin yang berisi sub unit dari antigen (antigen yang sudah dimurnikan)
     -Acellular pertussis (aP)
     -Haemophilus influenza type (Hib)
     -Pneumococcal (PCV-7,PCV-10,PCV-13
     -Hepatitis B
4. Vaksin yang berisi toksoid (toksin yang sudah diinaktivasi)
     -Toksoid tetanus
     -Differi toksoid
Vaksin Covid-19 yang beredar sekarang ini banyak menggunakan metode inaktive. Virus corona yang telah dimatikan akan masuk ke dalam tubuh untuk membentuk antibodi dan dapat diingat oleh sel T memori. Hal ini dilakukan agar ketika suatu saat terpapar virus corona  tubuh dapat segera memproduksi antibodi untuk melawan virus yang masuk ke dalam tubuh.


Mekanisme Kerja Vaksin
Tubuh kita memiliki respon alami untuk melindungi diri dari patogen (virus, bakteri, parasit,fungi dan lainnya)yang  menyebabkan  tubuh sakit. Bagian patogen yang dapat menyebabkan tubuh memproduksi antibodi disebut dengan antigen. Antibodi yang dihasilkan untuk merespon antigen merupakan bagian penting dalam sistem imun. Saat tubuh manusia terpapar suatu antigen untuk pertama kalinnya, sistem imun membutuhkan waktu untuk merespon karena harus memproduksi antibodi khusus untuk antigen tersebut. Dalam waktu tersebut individu akan menjadi rentan jatuh sakit (WHO,2020). Saat vaksin masuk ke tubuh ia akan bekerja sama seperti antigen untuk memicu produksi antibodi. Setelah antibodi spesifik untuk antigen tersebut diproduksi, antibodi ini bekerja sama dengan bagian sistem imun lainnya untuk menghancurkan patogen dan menghentikan penyakit. setelah tubuh memproduksi antibodi dalam memberikan respons utama terhadap suatu antigen, tubuh juga menciptakan sel-sel pengikat yang memproduksi antibodi, yang akan tetap hidup bahkan setelah patogennya dikalahkan oleh antibodi. Jika tubuh terpapar pada patogen yang sama lebih dari satu kali,respon antibodi menjadi jauh lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan paparan yang pertama kali karena sel-sel pengikat ini sudah siap memompa ke luar antibodi terhadap antigen tersebut (WHO, 2020). sebagian vaksin memerlukan beberapa dosis yang diberikan dengan jarak mingguan atau bulanan. Terkadang waktu ini diperlukan untuk memungkinkan produksi antibodi yang tahan lama dan mengembangkan sel pengikat. Dengan demikian, tubuh dilatih untuk melawan organisme yang menyebabkan penyakit itu sambil mengingat patogen tersebut untuk segera melawannya jika dan saat terpapar lagi di kemudian hari.

Mengapa kita perlu divaksin?
Menurut Kemenkes RI (2019) ada beberapa alasan kita perlu divaksin. Pertama, untuk  perlindungan bagi individu yang divaksin maksudnya dengan mendapatkan vaksin orang akan memiliki antibodi spesifik pada penyakit sehingga jika terpapar virus tidak menjadi sakit atau jika sakit maka tidak akan parah. Kedua, membentuk kekebalan kelompok. Dengan jumlah populasi masyarakat yang divaksinasi banyak  maka kekebalan dalam masyarakat terbentuk (dibutuhkan kira-kira sebanyak 80 sampai 90% dari populasi masyarakat). Ketiga, perlindungan kepada kelompok lain. Jika terdapat beberapa individu yang tidak dapat divaksin misalnya karena umur atau karena  komplikasi penyakit mereka dapat terlindungi dengan terbentuknya herd immunity.

Siapa saja yang dapat divaksin?
 Bila divaksin tentunya memiliki persyaratannya tersendiri demi keamanan bersama, untuk itu vaksin tidak dapat diberikan untuk orang-orang dengan kriteria:
1. Pernah terkonfirmasi menderita Covid-19.
2. Sedang hamil atau menyusui.
3. Mengalami gejala ISPA seperti batuk/pilek/sesak napas dalam 7 hari terakhir.
4. Ada anggota keluarga serumah yang kontak erat/suspek/konfirmasi/sedang dalam perawatan karena penyakit Covid-19.
5. Jika ini merupakan vaksinasi kedua, maka yang dilarang adalah jika memiliki riwayat alergi berat atau mengalami gejala sesak napas, bengkak dan kemerahan setelah divaksinasi Covid-19 sebelumnya.
6. Memiliki tekanan darah lebih tinggi dari 140/90
7. Apabila berdasarkan pengukuran suhu tubuh calon penerima vaksin sedang demam, lebih tinggi dari 37 derajat Celcius, maka vaksinasinya harus ditunda.
Vaksinasi dilakukan dalam 4 tahap yang mempertimbangkan ketersediaan, waktu kedatangan dan profil keamanan vaksin. Kelompok yang diprioritaskan penerima vaksin adalah penduduk yang berdomisili di Indonesia yang berusia 18 sampai 59 tahun. Golongan usia dibawah 18 tahun dapat diberi vaksinasi apabila telah tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan berdasarkan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization) atau penerbitan nomor izin edar (INE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sejarah Pembuatan Vaksin
Jika dilihat dari sejarah pembuatan berbagai macam jenis vaksin/obat yang ada di dunia, lama waktu produksi (pembuatan dari ide hingga terbentuk produk) rata-rata menghabiskan waktu sekitar 10 tahun. Tetapi sekarang ini, vaksin untuk wabah covid-19 dapat diproduksi hanya dalam 1 tahun saja. Kok bisa. Mengapa demikian? Berikut adalah penjelasan mengenai faktor apa saja yang dapat membuat hal tersebut terjadi. Pertama, sudah ada pengalaman pada pengembangan vaksin corona sebelumnya (SARS-1, MERS) sehingga sudah mengenal karakteristik virus. Kedua, menggunakan platform teknologi yang sudah ada dan perkembangan teknologi yang semakin maju sehingga mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Ketiga, menggunakan desain adaptive trial (parallel proses) seperti metode-metode yang digunakan dilakukan secara paralel sehingga mempercepat prosesnya. Keempat, fleksibilitas regulasi: rolling submission, EUA. Kelima, sumber daya dioptimalkan untuk tujuan bersama dan semua peneliti di dunia berusaha bersama untuk memproduksi vaksin. Oleh karena itu pembuatan vaksin dapat dilakukan dengan cepat dan dapat diedarkan dengan cepat pula.


Efek Samping
Secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam, pada umumnya ringan dan bersifat sementara, dan tidak selalu ada, serta tergantung pada kondisi tubuh. Efek samping ringan, seperti demam dan nyeri otot atau ruam-ruam pada bekas suntikan adalah hal yang wajar namun tetap perlu dimonitor. Melalui tahapan pengembangan dan pengujian vaksin yang lengkap, efek samping yang berat dapat terlebih dahulu terdeteksi sehingga dapat dievaluasi lebih lanjut. Manfaat vaksin jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit karena terinfeksi bila tidak divaksin (KPCPEN,2020)


Setelah mengetahui informasi di atas apakah anda siap divaksin?

Catatan: takut   jarum suntik jangan dijadikan alasan untuk tidak divaksin

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline