malam itu ia bertengkar dengan isi kepalanya sendiri
ingin rasanya menyerah pada takdir
tapi ia sadar ada nyawa yang harus ia rawat
demi bertahan hidup ia rela merobek kulitnya sendiri
sedari awal sayapnya sudah rapuh
berkali-kali diterpa oleh badai
segala luka dan cemoohan berkawan akrab dalam dirinya
kadangkala ia lemah, dalam diam meneteskan air mata
demi bertahan hidup ia rela berkali-kali dibunuh oleh cinta
ia berharap lemahnya menjadi penopang kekuatan
bersandar pada setitik cahaya yang menyelematkannya dari gelap
dalam pintanya pada Tuhan semoga kelak buah hatinya menerima penghidupan yang layak juga cinta yang menjadikannya tentram