Lihat ke Halaman Asli

Kelompok Sempalan dalam Pandangan Kuntowijoyo

Diperbarui: 14 September 2016   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut Kuntowijoyo, ada dua jenis kelompok sempalan yang dapat kita kenali selama ini. Pertama, kelompok sempalan dalam arti keagamaan dan kedua, kelompok sempalan dalam arti politik. Jika kelompok pertama berada di luar main-stream, sedangkan kelompok kedua cenderung mempunyai perilaku berbeda, masih tetap dalam main-stream umat.

Kelompok sempalan pertama menurut Kuntowijoyo, bahwa gerakan ini timbul sebagai reaksi terhadap proses marginalisasi dan atomisasi kehidupan modern. Yang menurutnya, kelompok-kelompok semacam ini muncul baik di daerah pedesaan maupun di daerah urban. Faktor sosial sangat mempengaruhi keberadaan kelompok ini, seperti hilangnya solidaritas dan nilai-nilai dasar lainnya yang mengancam degradasi antar individu dengan lingkup sosial. 

Oleh karena itu, dengan melihat faktor tersebut, kelompok ini menuntut adanya sebuah kebutuhan internal dari proses sosial di luar mereka, sehingga mereka membentuk sebuah jama'ah, yaitu semacam paguyuban untuk memperoleh kembali identitas kolektif mereka yang hilang.

kelompok sempalan kedua, lebih cenderung berkarakter politik. Menurut Kuntowijoyo, kelompok sempalan jenis kedua ini masih berada dalam main-stream, misalnya kendatipun mereka tidak bergabung dengan atau berasal dari kelompok2 keagamaan formal, mereka tidak berusaha untuk melakukan isolasi atau menjadi eksklusif. Biasanya, mereka menjadi radikal karena kecewa terhadap ulama-ulama atau pemimpin-pemimpin umat yang tidak peka terhadap kenyataan-kenyataan sosial dan politik. 

Kuntowijoyo memandang kelompok sempalan kedua ini berangkat dari alasan-alasan sosial ekonomi, kemudian cenderung bergerak ke kiri. Sementara itu, mereka yang frustasi karena lebih didasarkan pada alasan-alasan keagamaan cenderung menjadi kenan-kananan. Yang memakai alasan demikian menurut Kunotwijoyo bisa diasosiasikan dengan kelompok-kelompok radikal yang sering menggunakan metode qital (jihad bersenjata atau kekerasan) untuk mengaktualisasikan gerakannya.

Sebagai seorang sosiolog, Kuntowijoyo melihat persoalan kelompok sempalan kedua ini dengan analisis mikro dan makro. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh kelompok ini cenderung lebih bersifat tertutup dalam rekruitmen dan tidak menjadikan kacamata makro sebagai analisis kerjanya sehingga menyebabkan rendahnya analisis sosial mereka. 

Dan Kuntowijoyo menilai radikalisme mereka sesungguhnya bersifat emosional tanpa didasari analisis sosial yang makro, maka tidaklah heran jika terapi yang ditawarkan pun sangat simplistis dan naif, malah kadang kala disertai dengan kekerasan, menurut Kuntowijoyo suatu kecenderungan yang membawa mereka ke arah gerakan anarkis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline