Aku ingat ketika kala itu,
kita duduk termangu menghadap dunia fana,
di balik tirai-tirai tak kasat mata di pinggir kota,
yang melindungi kita dari segala yang membutakan,
dan yang menenggelamkan jiwa dalam abu-abu semesta.
Ketika kedua pasang mata kita bertemu,
dan bibir berucap lirih,
ada nanar yang samar karena telah lelah didera oleh lara.
Namun tak kita ucapkan tangisan-tangisan sukma itu,
karena bagimu diam itu lebih indah,