Lihat ke Halaman Asli

Elsa K. Filimdity

S1 Fakultas Teologi, Penulis, Seniman, Atlit.

Batalnya Piala Dunia U20: Dilema Ideologi dan Pragmatisme Pasar

Diperbarui: 30 Maret 2023   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dok. pribadi

Oleh: Naftali Djoru

Saat ini saya non-partisan dan belum menentukan sikap afilasi politik partai apa maupun figur siapa scara politik.
Tapi menarik mencermati kasus batalnya PilDun U20 di Indonesia. Sepintas terlihat semua menyoroti peran Ganjar dan Koster (didukung oleh pernyataan partai tertentu) sebagai pihak yg bertanggungjawab bahkan memiliki andil membunuh prestasi sepak bola Indonesia. Akbatnya bullyan netizen bagai air bah tidak terbendung.

Saya coba lihat dari sisi lain soal Ganjar. Ganjal sepak bola dapat saja menjadi indikasi ada soal besar dan berat yang memaksa harus memilih.
Saya yakin orang selevel Ganjar Cs. bersuara pasti sudah dipikirkan matang (tidak ngawur), mungkin juga berdasarkan data intelijen.

Penolakan "Israel" bisa dibaca lain.  Ini bukan soal Israel semata.
Ganjar dan Koster terpaksa harus tumbalkan diri untuk kepentingan nasional yg lebih besar bahkan mengesampingkan sepakbola sebagai instrumen global kehidupan ekonomi pasar dunia,  prestasi, atau mungkin saja kepentingan politik dan mafia di dalamnya.

Sebagai awam, saya menduga dan menguatirkan adanya ancaman disintegrasi bangsa yg sdh terakumulasi selama ini sebagai akibat dari gerakan2 kelompok radikal. Kelompok ini didukung oleh kekuatan2 transnasional.  

Pada sisi lain tekanan negara2 Barat (Amerika dan Euro) yg berupaya mengkapling sumber energi di Indonesia sedang gencar2nya.  Mereka semua (radikalisme dan kapitalisme) hanya menanti momentum, sekali mendapatkan momentum, maka agendanya berjalan mulus.

PilDun U20 sangat berpotensi menjadi momentum. Posisi Israel menjadi pelatuk yg dapat memicu ledakan sosial di Indonesia. Semua kelompok yang berkepentingan akan berupaya merebut pelatuk ini untuk mengawali ledakan sosial di Indonesia. Konflik horisontal akan terjadi dan melemahkan posisi Indonesia dalam percaturan politik dunia. Kondisi itu akan dimanfaatkan oleh kelompok Barat untuk mencengkeram Indonesia. Berbagai dampak negatif akan dialami NKRI.

Dilema inilah yang dihadapi kelompok nasionalis. Bertahan di garis Ideologi atau mengikuti trend pasar sepakbola secara pragmatis.
Menurut saya kalangan Nasionalis cenderung memilih konsisten di garis ideologi.
Pilihan sikap yg tentunya tidak populer namun dibutuhkan sebagai sekuritas dan keberlanjutan NKRI yg solid.
Banyak yg kecewa dan kemudian terjebak dengan strategi menggoreng sikap Ganjar Cs secara pragmatis untuk kepentingan PilPres 2024.

Bagi saya pribadi, akan lebih bijak untuk cermati secara baik saja dulu, dampak pembatalan PilDun U20 dan konfigurasi politik sekarang, sehingga tidak terjebak irama yang dimainkan kelompok lain dengan agenda yg membahayakan NKRI.
Hal sepak bola, tidak gampang juga bagi FiFa untuk mengeliminasi Indonesia dari pasar sepak bola dunia, karena sepak bola Indonesia adalah pasar yg potensial.
#NKRIMerdeka 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline