[caption id="attachment_210665" align="aligncenter" width="310" caption="foto : www.beritasatu.com"][/caption] Hampir satu setengah tahun saya menghuni tanah rantau di Kota Yogyakarta ini, rasanya belum lengkap jika belum pernah menjejakkan kaki di kawasan-kawasan khusus kerajaan ( kekeratonan atau kadipaten ) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebut saja Istana Puro Pakualaman sebagai salah satunya. Kadipaten Pakualaman yang merupakan kediaman Kanjeng Sri Paduka Paku Alam IX –Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta- dan keluarga ini terletak di Jalan Sultan Agung, Yogyakarta.
Inisiatif dan rasa penasaran itu muncul sesaat setelah mendengar pembahasan singkat tentang tempat-tempat yang asyik untuk wisata budaya dari sebuah stasiun radio swasta di Yogyakarta. Pasalnya siaran untuk segmen pagi itu menginformasikan bahwa Istana Puro Pakualaman memiliki sebuah perpustakaan dengan berbagai koleksi naskah-naskah kuno. Hal ini secara otomatis menggugah saya untuk datang dan menyaksikan sendiri seperti apa naskah-naskah kuno yang ada. Bahkan menurut narasumber dalam siaran pagi itu, perpustakaan Pakualaman juga menyimpan silsilah keluarga Sri Paduka Paku Alam I hingga VIII, serta silsilah beberapa raja pendahulu hingga ke Nabi Adam dan Hawa.
Banyak dari rekan-rekan saya yang sering lewat bahkan nongkrong di depan komplek kadipaten Pakualaman. Namun sangat jarang sekali saya temukan dari rekan-rekan saya yang mengerti bahwa di lingkungan kediaman Kanjeng Sri Paku Alam IX yang bertahta ini terdapat sebuah perpustakaan mini yang sarat akan nilai-nilai budaya Jawa.
Perpustakaan Pakualaman memiliki kurang lebih 250 buku & naskah kuno. Menurut pengakuan Bu Ratnamukti, seorang abdi dalem yang saya jumpai saat itu, buku-buku yang berada di perpustakaan Pakualaman berjumlah sekitar 251 buku. Jenis bukunya juga beragam. Mulai dari kitab-kitab sastra, wayang, babad, sejarah kebudayaan Jawa dan sebagainya.
Sebagian besar isi perpustakaan berupa manuscript atau naskah-naskah kuno bertuliskan aksara Jawa yang ditulis sekitaran tahun 1813 hingga 1900-an. Jadi, bagi yang ingin menjelajah lautan ilmu di perpustakaan Pakualaman, minimal harus bisa membaca aksara Jawa atau mengerti Bahasa Jawa kuno. Buku-buku keagamaan yang berupa aksara Arab dengan bahasa Jawa juga tersedia, namun hanya sekitar sepuluh buku saja.
Jarang sekali kita temukan buku yang tercantum nama pengarangnya secara jelas. Mayoritas penulisnya anonim. Karena koleksi buku yang terdapat di perpustakaan Pakualaman ini rata-rata ditulis oleh para abdi dalem yang hidup pada masa pemerintahan Sri Paduka Paku Alam I hingga Sri Paduka Paku Alam VII, dan ditulis atas prakarsa Kanjeng Paduka Paku Alam yang bertahta.
Satu hal lagi, saya benar-benar penasaran, apakah memang benar ada buku yang mengulas silsilah seputar Keluarga Paku Alam serta raja-raja terdahulu hingga ke Adam dan Hawa. Rupanya, memang ada buku khusus yang menjelaskan silsilah Kanjeng Paduka Paku Alam I hingga VIII.Namun silsilah raja-raja terdahulu tidak dibukukan, melaikan dilukis diatas lembaran sepanjang 7 meter. Bu Ratna Mukti sendiri tidak begitu mengetahui secara mendalam sampai dimana silsilah ini tertulis. Sepengetahuan beliau lembaran ini hanya menjelaskan silsilah Adam-Hawa hingga keluarga Sultan Agung, tidak sampai ke generasi Sri Paduka Paku Alam.
Saat berkunjung ke sana, saya memang tidak diizinkan untuk melihat langsung lembar silsilah tersebut. Orang-orang yang ingin melihatnya, harus pergi ke kantor perpustakaan arsip Pakualaman yang tak jauh dari lokasi kami berbincang dengan membawa surat resmi, membawa predikat ‘berkepentingan’ dan biasanya rombongan.
Jika ingin berkunjung ke perpustakaan Pakualaman, sebaiknya anda datang di pagi hari. Karena perpustakaan Pakualaman hanya membuka pelayanan dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 13.00 siang. Perpustakaan dibuka untuk masyarakat luas, namun karena naskah-naskah yang tersimpan di dalamnya sudah cukup 'berumur', maka pengguna buku-buku tersebut dibatasi, yakni minimal mahasiswa S1 yang tengah menyusun skrispsi.
Perpustakaan tidak hanya melayani mahasiswa yang datang untuk mencari referensi penulisan skripsi, namun juga masyarakat luas yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kebudayaan Jawa. Tak perlu repot mengurus kartu keanggotaan, karena tidak berlaku sistem kartu anggota, dan siapapun berhak mendapatkan pelayanan tanpa kartu keanggotaan tertentu. Sayangnya, untuk kunjungan biasa (di luar penelitian / penulisan skripsi ) saat ini belum bisa dilayani secara utuh karena meskipun masih dalam keadaan baik, buku-buku yang ada sangat rawan untuk disentuh, saking sudah 'berumur'. Selain itu ruangan-ruangan di sekitar perpustakaan masih mengalami renovasi di beberapa bagian. Untuk sementara ini pihak perpustakaan Pakualaman hanya menyediakan katalog bagi pengunjung yang ingin mengetahui lebih banyak tentang naskah-naskah kuno di perpustakaan Pakualaman.
Tertarik untuk berkunjung ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H