Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Tirai

Diperbarui: 5 November 2024   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ardi menyesapi sepuntung rokok, dengan kopi hitam yang mengepulkan asap. Mejanya dipenuhi dengan tumpukan kertas yang menggunung. Sebagai konten kreator youtube, ia mengalami kemerosotan dalam views, bahkan jumlah like dalam channel youtubenya pun tidak kunjung naik, meski video yang ia buat sudah terupload cukup lama.

“ Kalo begini terus, kita tutup channel aja.”  Saka yang merupakan teman kecil Ardi mengatakannya  sembari memijat pelipisnya, dan ia sangat terlihat kesal.

“ Begini saja, bagaimana kalo konten kita tentang prank orang jalanan, banyak youtuber lain yang sukses karena tema kontennya prank orang.”  usul Cahyo dengan mata yang berbinar-binar.

Ardi mendengus kesal dan menyangkal ide Cahyo, lalu berkata.” Engga bisa, masa channel kita pindah Haluan, dari story teller jadi prank sih, gue enggak setuju. “  

“ Sementara bro, supaya views kita meningkat.”  Desak Saka membujuk Ardi. Setelah Saka dan Cahyo berusaha untuk meyakinkannya, akhirnya dengan terpaksa Ardi setuju untuk membuat konten prank di Youtubenya.  Kemudian mereka bertiga mulai Menyusun rencana, target yang akan dijadikan bahan konten prank adalah anak jalanan yang berada dibawah jembatan. Tempat itu terkenal akan banyaknya anak yang putus sekolah, sehingga tidak mengherankan seringkali menjadi sasaran empuk bagi para konten kreator, termasuk tiga sejoli Ardi, Saka dan Cahyo.

Keesokan harinya, Ardi dan teman-temannya tiba di tempat yang direncanakan, Prank pertama dimulai dengan Cahyo berpura-pura sebagai pengusaha sukses, yang memberikan beberapa sembako palsu kepada anak-anak jalanan disana, sembako tersebut berisi tentang batu bata dan potongan kertas HVS, lalu  prank kedua dilakukan oleh Saka, ia memberikan uang 10 juta kepada salah satu target, jika target tersebut rela bertingkah laku seperti orang gila, misalnya bertelanjang ataupun menari di depan khalayak ramai.

Sementara Ardi hanya menjadi juru kamera, ia tidak mau ikut-ikutan dalam kegilaan ini, meskipun secara tidak langsung ia terlibat didalamnya. Kedua prank itu berhasil dilakukan, Saka dan Cahyo sangat senang, hanya Ardi yang tidak merasa demikian. Tanpa mereka sadari di kejauhan seorang anak mengawasi dengan sorot mata yang menatap tajam dan juga tangan terkepal. Setelah dua prank itu diupload, jumlah views pada channel youtubenya meningkat pesat dari biasanya, banyak yang menonton dan mengomentari agar konten tersebut dipertahankan.

“ Nah kan apa gue bilang, views bakal naik kalo kontennya prank. “ Cahyo merasa bangga karena berhasil membuktikan bahwa idenya adalah ide yang paling brilian. Saka mengangguk dan menuangkan minuman pada gelas Cahyo seperti pelayan, sebagai bentuk penghormatan.

Esoknya mereka bertiga kembali lagi ke tempat tersebut, untuk melakukan konten prank yang lebih menegangkan seperti sebelumnya. Ardi mulai tak nyaman dengan konten ini, kemudian berkata.” Sebaiknya kita enggak perlu buat konten prank lagi, balik saja yuk. “

Cahyo menghela nafas berat “ Ah lo enggak seru di, kenapa sih, channel kita udah di puncak popularitas, kalo balik lagi ke konten yang dulu, viewsnya bakal turun lagi. “ 

ketika Cahyo dan Saka sedang mempersiapkan konten prank mereka,  Ardi yang sedang menyetting kameranya, tiba-tiba didatangi oleh seorang anak dengan membawa gitar kecil ditangannya. Selama beberapa saat ia menatap tajam Ardi, kemudian merebut kameranya dan membantingkan ke tanah, melihat hal itu, sontak membuat  Ardi terkejut dan sangat marah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline