Di sudut pasar yang ingar bingar, seekor kucing liar menatap nanar. Ikan-ikan segar berjejer rapi. Menggiurkan untuk dicicipi. Tapi apa daya. Belati di tangan penjualnya tak kunjung lengah mengintai.
Di sudut pasar paling ujung yang langitnya redup digelayuti mendung, sebuah warung berjejal dikerubuti oleh pengunjung. Seorang bocah bertubuh dekil berjalan gontai. Semangkuk penuh bubur ayam berkali melintas di pikiran. Menenangkan cacing-cacing di perutnya yang sedari malam meronta-ronta tak mau diam.
Di sudut pasar lain yang mulai sepi dari hiruk-pikuk transaksi, seorang perempuan berjalan tertatih-tatih. Di tangannya sebungkus nasi aking masih utuh. Menemani jiwa raganya yang kian renta dan merapuh.
Dan, di sudut pasar nan gulita tanpa sorot cahaya lampu, seonggok sampah berserakan menjadi saksi bisu. Tentang elegi kehidupan. Yang selalu ada dan akan terus berulang.
***
Malang, 30 Oktober 2024
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H