Ayah, Ibu
Ketika rumah tangga diuji oleh beragam persoalan
Ketika biduk yang dikayuh bersama-sama terempas badai dan nyaris karam di tengah lautan
Jangan terburu-buru saling menyalahkan
Apalagi saling hujat satu sama lain
Duduklah satu meja, bicaralah dari hati ke hati dengan kepala dingin
Ayah, Ibu
Di saat hati tertutup awan nan kelabu
Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan atau berburuk sangka
Bukankah langit mendung tidak selalu berarti turun hujan?
Mari singkirkan sejenak ego yang berkuasa
Dan, biarkan mata saling bicara
Bicara tentang apa saja
Tentang indahnya sebuah pertemuan
Tentang cinta yang pernah singgah tanpa bisa dicegah
Juga, tentang hati yang pernah saling mengagumi tiada terperi
Ayah, Ibu
Setiap perjalanan pasti akan dihadang oleh aral dan rintangan
Kerikil tajam, lubang dalam, arus deras, tanjakan dan turunan terjal
Suatu waktu bisa saja membuat langkah gontai atau bahkan terjungkal
Maka di sinilah kekuatan cinta itu ada untuk bersama-sama melangitkan doa-doa
Ayah, Ibu
Jika perceraian itu memang harus dijalani
Jika hati 'tlah menyerah kalah dan tak mampu dipersatukan kembali
Tetaplah berpegang teguh pada iktikad baik ini; Pantang mengumbar aib masing-masing, apalagi saling menyakiti
Sebab bagaimanapun juga sebelum perpisahan itu terjadi, kalian berdua pernah saling jatuh cinta sebegitu hebat
Sebab seburuk apa pun kondisi pasangan yang terlihat saat ini, kalian pernah sedemikian dekat
Sangat dekat
Seperti daun dengan rantingnya
***
Malang, 25 Oktober 2024
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H