Kamu, pada suatu hari
Memutuskan berhenti melantunkan doa-doa
Sebab kamu sedang marah, kepada Tuhanmu
Yang kamu anggap 'tlah bertindak sangat kejam dengan merenggut kekasih hati yang kamu cinta dan kamu sayangi
Kamu, pada suatu hari
Bahkan tak hendak sepatah kata pun melafazkan keagungan
Serta kasih sayangNya yang nyata
Karena menurutmu itu sia-sia belaka
Pikirmu, "Untuk apa orang terzalimi mesti dipaksa melangitkan doa-doa?"
Kamu, pada suatu hari
Merasa kosong bagai rumah tiada berpenghuni
Lalu kamu berusaha menciptakan keramaian sendiri
Dengan mengundang begitu banyak prasangka buruk dan kericuhan
Di relung dada dan kepalamu
Hingga dadamu terasa sesak
Hingga kepalamu penuh dan serasa hendak meledak
Kamu, pada suatu hari
Tiada mampu menampung hiruk pikuk yang kamu ciptakan sendiri
Kamu pun terjatuh dengan hebat
Di atas trotoar ketika terik mentari sedang beringas tak bersahabat
Seseorang membawamu pergi ke suatu tempat
Di mana kekasihmu, dulu, pernah dirawat dan harus menelan berbutir-butir obat
Tabung dan selang-selang dipasang di sana-sini
Di sekujur tubuhmu yang bahkan untuk bergerak pun tak mampu lagi
Sesaat hatimu pun tergoncang
Air matamu berlinang
Bibirmu yang pasi bergumam pelan, "Tuhan, apakah aku sedang berada di ambang kematian?"
Kemudian
Lampu-lampu ruang mulai dipadamkan
Alat-alat medis mulai dirapikan
Para dokter dan perawat bergantian membasuh tangan
Meninggalkanmu
Dalam sunyi dan kesendirian
Dan kamu, pada suatu hari
Pulang dengan tenang menghadapNya
Sebab saat tak sengaja nama Tuhan kamu sebut; Dia datang menghampirimu, menuntunmu 'tuk bertemu kekasih hati yang kamu rindu
***
Malang, 18 Mei 2024
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H