Tidak ada yang tahu dari mana kucing hitam itu berasal. Ia muncul begitu saja. Setiap malam Jumat di area pekuburan Mbah Angleng.
Begitu juga Surti. Melalui sorot lampu jalan yang remang-remang beberapa kali ia memergoki kucing hitam itu. Duduk tepat di tengah jalan dengan posisi bersila. Persis seperti orang sedang melakukan meditasi.
Surti yang setiap malam Jumat pulang mengaji dari rumah Umi Khatijah awalnya sangat terkejut, juga takut. Tapi lambat laun ia tahu harus bersikap bagaimana jika melintas di area pekuburan tua yang singup itu. Surti akan memperlambat laju sepeda kayuhnya lalu turun dan memilih berjalan menepi.
"Nuwun sewu. Permisi Mbah...." Surti selalu berkata demikian seraya menundukkan kepala. Surti melakukan hal itu---uluk salam, sebab ia pernah diingatkan oleh Umi Khatijah, bisa saja kucing hitam itu sengaja berada di area cungkup untuk menjaga makam Mbah Angleng. Makam sesepuh yang dipercaya sebagai pembabat alas dan pendiri Dukuh Buring.
Bukan hanya Surti, beberapa penduduk setempat yang kebetulan melintas di area pekuburan tua itu mengaku pernah berpapasan dengan hewan jinak berbulu hitam itu. Dan, seperti halnya Surti, mereka juga mengabaikan serta tidak ingin mengusik keberadaannya.
Kecuali Tarjo. Lelaki usia tiga puluh tahun itu sangat geram saat mendengar desas-desus munculnya seekor kucing berbulu hitam di area pemakaman. Masih terngiang kata-kata guru spiritualnya, "Ingat, jika ada seekor kucing hitam menampakkan diri di area pekuburan maka pertanda akan terjadi kesialan beruntun menimpa orang-orang yang bermukim di kampung sekitarnya."
Tarjo lantas mengaitkan dengan kejadian yang telah dialaminya. Ia baru saja dipecat secara tidak hormat dari pabrik tempatnya bekerja. Gara-gara terpergok mencuri seperangkat properti yang disimpan di gudang pabrik. Ia tidak saja kehilangan pekerjaan, tapi juga nyaris dijebloskan ke dalam penjara kalau saja tidak segera mengembalikan barang curiannya itu dan memohon ampun kepada juragan pemilik pabrik. Dan, menurut pemikirannya kesialan itu ada hubungannya dengan kemunculan si kucing hitam.
Ya. Ia meyakini itu. Sebab tdak sekali dua kali ia melakukan aksi menjarah barang-barang milik pabrik. Selama ini aksinya itu aman dan lancar-lancar saja. Sampai rumor penampakan kucing hitam itu merebak.
***
Petang itu Tarjo sengaja mencegat langkah Surti. Ia tahu gadis itu sering bercerita tentang kemunculan kucing hitam kepada ibunya. Maklum, rumah mereka bersebelahan dan hanya tersekat oleh dinding triplek. Jadi percakapan apa pun yang terjadi antara ibu dan anak bisa terdengar jelas olehnya. Demikian pula sebaliknya.
Surti hendak berangkat mengaji ketika Tarjo tahu-tahu sudah berdiri di hadapannya. Tanpa basa-basi dicecarnya gadis itu dengan pertanyaan.
"Benar kamu sering melihat seekor kucing hitam di area pemakaman Mbah Angleng, Sur?"