Ayahku. Petani perkasa yang tak lelah mencintai lereng gunung. Di manik matanya kulihat berderet pepohonan rindang tempat bersarang burung-burung. Di pundaknya kuhirup aroma wangi bunga kopi nan tak henti bersenandung. Dan, di peluhnya kutemukan bergumpal-gumpal batu cadas meluruh menjadi buliran abu yang siap untuk dilarung.
Ibuku. Perempuan ayu yang jatuh cinta pada lembah dan gemericik air sungai. Di senyumnya kutangkap beraneka ragam warna hujan, kupu-kupu, dan pelangi. Di lentik jemarinya kudapati angin berembus lembut sepoi-sepoi. Dan, di hatinya ribuan niskala pecah mengubah diri menjadi kuncup-kuncup indah melati.
Aku. Anak gunung yang mencuri bahagia paling hakiki. Dari Ayah Bunda, dua manusia paling bersahaja di muka bumi.
***
Malang, 03 Januari 2023
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H