Seorang perempuan mengaku hidupnya tak pernah kesepian.
Di musim kemarau ia sibuk bernyanyi bersama matahari. Mewarnai kuntum-kuntum bunga. Menggradasi pepucuk daun cemara. Mengajari kupu-kupu menulis puisi. Sesekali, menyempatkan diri minum kopi di bawah langit senja yang selalu harakiri namun esok ia akan hidup lagi.
Seorang perempuan mengaku hari-harinya indah tak pernah membosankan.
Di musim hujan ia riang berdansa bersama tampias dan genangan. Menebar aroma wangi petrikor. Melukis sketsa pelangi. Merangkai bulir-bulir gerimis menjadi cenderamata. Untuk kelak dipersembahkan kepada kekasih yang sekian lama tiada kabar tiada berita.
Seorang perempuan tak henti menegaskan, "Di segala musim, sungguh, aku tak pernah merasa kesepian."
Ia berkilah demikian. Semata-mata agar tampak kuat, tegar, dan terlihat baik-baik saja.
***
Malang, 19 November 2022
Lilik Fatimah Azzahra