Kepada rumah kenangan yang pernah disinggahi tangis dan tawa riang anak-anakku;
sudah sejauh mana kaki ini melangkah mengukur setiap jengkal tanah dan sudut ruanganmu?
Menyusuri waktu demi waktu
berkejar dengan umur menuju senja bergradasi biru lamur
Kepada rumah kenangan yang pernah ditumbuhi beraneka ragam bunga kehidupan; masihkah kau sisakan rasa hangat di tengah deras hujan yang pernah hadir mericuhi hening malam?
Kala tubuh-tubuh mungil menggigil dan berebut tidur di atas tikar tanpa kasur
Kala perut-perut lapar bocah terpaksa kukenyangkan dengan setumpuk dongeng karanganku sendiri
(sebab buku-buku cerita yang terpajang di rak-rak toko begitu mahal, tak mampu terbeli)
Kepada rumah kenangan yang sebagian kayunya telah lapuk dimakan usia; bertahanlah! Aku masih ingin menghabiskan sisa waktu bersamamu
memulai hari dari ranjang tua menyapa matahari pagi yang tersenyum rekah dari balik tirai jendela yang ruangannya kosong ditinggalkan penghuninya
meski derap langkah ini tak lagi tegap
daya ingat mulai gagap kupastikan kenangan yang pernah ada takkan pernah lesap
selalu terbingkai indah di dalam buai, di dalam dekap
***
Malang, 8 Oktober 2022
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H