Di halaman sebuah rumah yang menghadap ke arah terbit matahari, telah tertanam tembuni-tembuni. Tumbuh dan berkembang bersama harap, cinta, dan kasih sayang.
Kala pagi tiba tembuni-tembuni itu meluruh merupa tetes-tetes embun. Bila malam menjelang mereka menjelma menjadi bait-bait doa nan merimbun.
Kelak. Jika saatnya tiba, tembuni-tembuni itu akan bangkit. Memelukku. Mengajakku berdansa dan berkata, "Jangan menangis lagi. Biarkan air mata tergantikan rintik hujan. Biarkan angin mengabarkan pada para pengelana tentang indahnya sebuah rumah. Yang pintu dan jendela-jendelanya hingga kini masih dibiarkan terbuka."
Di halaman sebuah rumah, aku pernah menyaksikan satu per satu tembuni-tembuni itu tumbuh dan tiada henti mengingatkan; agar hati jangan lelah untuk belajar tabah.
***
Malang, 23 September 2022
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H