"Lik, coba cek saturasi oksigennya!"
Selalu. Begitu dokter memerintah saya ketika seorang pasien datang berkunjung. Terlebih jika pasien tersebut usai menjalani test swab dan dinyatakan positif Covid-19 tapi si pasien mengaku tidak mengalami gejala penyerta alias OTG.
Asal tahu saja, yaa. Cek saturasi oksigen ini sangat penting. Karena merupakan jendela utama untuk mendeteksi seberapa mencukupi oksigen di dalam darah seseorang.
Sepintas lalu seorang OTG memang terlihat baik-baik saja. Atau ia tidak mengeluhkan apa pun selaik para pengidap Covid-19 pada umumnya, seperti; adanya batuk, demam, dan sesak napas .
Namun demikian jangan lantas menyepelekan keadaan seperti ini. Bisa jadi pasien tanpa gejala tersebut justru ia sedang mengalami Happy Hypoxia.
Apa Itu Happy Hypoxia?
Happy Hypoxia disebut juga Silent Hypoxia adalah sebuah kondisi ketika tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Kondisi ini biasa terjadi di jaringan dan sel yang kemudian dapat menimbulkan gejala atau keluhan klinis.
Sebagaimana hasil studi yang telah dilakukan oleh Loyola University Health System yang ditulis Science Daily, diketahui adanya fakta terbaru, yakni pengidap Covid-19 yang mengalami Happy Hypoxia masih bisa beraktivitas tanpa masalah dan tidak mengalami gangguan sesak napas.
Nah, kondisi tersebut tentu sangat membingungkan para ahli medis karena dianggap bertentangan dengan biologi dasar seorang pengidap Covid-19 pada umumnya.
Happy Hypoxia lantas dianggap sebagai kondisi yang sangat berbahaya. Karena tanpa oksigen yang cukup faal tubuh seperti otak, ginjal, jantung, dan berbagai organ lainnya bisa mengalami kerusakan hanya dalam beberapa menit usai gejala Happy Hypoxia muncul.
Dampak fatalnya jika kadar oksigen dalam darah terus menurun berpotensi mengancam jiwa si pasien.