Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Visualisasi Puisi untuk Menolak Lupa

Diperbarui: 24 November 2020   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dokpri

Sejenak saya ingin bernostalgia.

Dulu ketika masih duduk di bangku SD, saya kerap didapuk membacakan puisi tanpa teks di depan kelas. Atau biasa disebut "deklamasi". Saya masih ingat betul, puisi "Doa" karya Chairil Anwar adalah puisi favorit yang selalu saya bawakan.

Doa
Kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Cahaya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Oh, iya. Alasan mengapa Ibu guru selalu memilih saya untuk mendeklamasikan puisi-puisi di depan kelas adalah---menurut beliau, saya bisa menjiwai isi puisi dengan sangat baik.

Semisal, saat membaca puisi bertema heroik, suara saya terdengar nyaring dan lantang. Wajah saya yang manis (ehem), berubah garang.

Sebaliknya saat membacakan puisi bernada sedih, suara saya mendayu-dayu diikuti ekspresi layaknya seseorang yang ditimpa kemalangan.

Dari suka membaca puisi tanpa teks itulah saya sering diundang manggung di tempat terbuka. Nyaris di setiap perayaan HUT Kemerdekaan RI atau pada hari-hari besar lainnya dipastikan saya selalu tampil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline