Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Pramoedya Ananta Toer)
Ya. Aku menulis karena aku ingin engkau terus menyayangiku. Tidak memalingkan wajah barang sedetik pun dari diriku. Sembari memberiku kebebasan untuk terus berkreasi, mengekspresikan hening, juga riuh yang berlalu lalang di alam bernama pikiran.
Selain itu---seperti katamu, menulis menjadikanku tetap sehat, cantik, bersemangat, bugar, serta awet muda.
Menulislah! Serumu lagi, suatu hari. Ketika tiba-tiba jiwaku dikerubungi oleh sunyi.
Aku menggapai.
Suaramu terus saja terdengar laksana ayun pedang tentara barbar. Kadang berdenting nyaring, kadang pelan, kadang hanya melintas samar-samar.
Sudah berapa banyak perempuan yang kautulis? Tanyamu dengan senyum paling menghipnotis.
Tiga, empat, sepuluh, dua puluh, seratus?
Seribu!