Aku bergabung dengan lima huruf ini; Cinta. Demi menghalau lima huruf yang lainnya; Benci.
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda usai membaca larik puisi singkat di atas?
Yup. Saya sedang belajar menulis puisi dengan menerapkan teknik Jukstaposisi.
Teknik Jukstaposisi? Teknik apa pula itu?
Begini. Jukstaposisi adalah teknik menulis sastra yang menyuguhkan dua atau lebih unsur ide, tempat, karakter, dan sepak terjang tokoh yang diletakkan secara berdampingan untuk membangun perbandingan yang kontras.
Intinya. Jukstaposisi merupakan perangkat yang sangat berguna bagi penulis dalam upaya menggambarkan karakter tokoh dengan sangat rinci demi menghadirkan ketegangan dan pencapaian efek retoris.
Jukstaposisi sengaja dihadirkan dalam bentuk perbandingan yang tajam agar pembaca bisa merasakan perbedaannya yang signifikan.
Semisal nilai "kebaikan" dalam karakter tertentu disandingkan dengan nilai "kejahatan".
Dampaknya, karakter protagonis akan tampil semakin mencolok oleh keberadaan karakter antagonis.
Penjajaran semacam ini sangat berguna bagi penulis untuk berlatih menuliskan prosa atau puisi. Utamanya di dalam unsur pengembangan karakter atau gagasan.
Sekadar menapak tilas. Pada praktiknya teknik Jukstaposisi tidak hanya digunakan pada puisi-puisi modern dunia, melainkan telah digunakan pula pada puisi-puisi era praromantik dan romantik.