Aku mengitari Tuhan
Mengitari langit
Dan, mengitari beribu-ribu masa
Tapi aku tak pernah tahu
Apakah aku ini burung
atau sekadar embusan angin
Di atas permukaan air sungai
Wajahku memucat
Bagai hujan yang dicambuk petir
Sebentar aku terjaga
Bak bocah yang kehilangan puting susu ibunya
tepat ketika malam bergulir di pusat titik nadir
Kehidupan adalah kesepian
Kehidupan adalah kefanaan
Semua akan jatuh, berguguran
seperti daun-daun kering
membusuk di atas tanah kerontang tak dikenal
lalu menjelma menjadi pupuk, menyuburkan
Dan aku, bagian di antaranya
Lantas siapa aku?
Burung, angin, daun, atau pupuk?
Aku kembali tertatih mengitari Tuhan
***
Malang, 21 April 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H