Tak ada lagi kata 'kita'. Semua duduk bersimpuh sendiri-sendiri. Di atas hampar sajadah yang beberapa waktu lalu pernah digelar bersama-sama.
Tidak ada lagi Imam yang berdiri di posisi paling depan. Tidak pula ada makmum yang berjajar rapi membentuk shaf-shaf di belakang.
Semua memilih untuk menyerah. Menanggalkan sementara nilai pahala ibadah berjamaah.
Tuhan memang tengah menguji. Dengan musibah berat tiada terperi. Semacam kiamat kecil. Di mana silaturahmi harus terputus sejenak. Semua raga musti menjaga jarak. Membatasi temu dan ruang gerak.
Mungkin---kelak jika keadaan kembali baik-baik saja. Kelak, jika musibah telah diambil kembali oleh pemiliknya. Kata 'kita' akan terdengar begitu indah di telinga. Genggam tangan akan menjadi ritual paling sakral yang amat istimewa.
Semoga. Ini hanya sekadar teguran. Bukan luap kemarahan. Yakin bahwa Tuhan menyayangi. Dengan cara yang hanya Dia sendiri yang paham dan mengetahui.
***
Malang, 27 Maret 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H